Kemudian di pos Menteri Dalam Negeri (Mendagri) ada empat tokoh yang berpeluang menjadi menteri di kabinet Prabowo-Gibran.
Mereka adalah Petinggi Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Politisi Golkar Ahmad Doli Kurnia, Mendagri saat ini Tito Karnavian hingga Mantan Wali Kota Bogor Bima Arya.
Baca juga: Mundur dari Kabinet, Pramono Anung Akan Pamit Langsung ke Jokowi
Lulusan Taruna Nusantara
Ketua Dewan Pembina Forum Masyarakat Indonesia Emas (Formas) Hashim Djojohadikusumo menyinggung perihal sosok-sosok yang akan mengisi kursi menteri di kabinet pemerintahan yang baru.
Adik Prabowo Subianto itu pun mengungkapkan akan ada empat lulusan SMA Taruna Nusantara yang akan menjadi menteri di kabinet Prabowo.
Namun, Hashim enggan menyebutkan nama-nama yang dimaksudnya.
"Saya bisa katakan di Kabinet Prabowo sekarang ini ada beberapa alumni SMA Taruna Nusantara yang jadi menteri. Saya sudah hitung dua, tiga, empat mungkin. Lulusan SMA Taruna Nusantara bakal jadi menteri di kabinet yang baru ini dibentuk," kata Hashim.
Hashim mengatakan mengenai siapa menteri itu nantinya akan diumumkan. Namun untuk saat ini dia mengaku sudah berjanji untuk tidak membocorkan ke publik dulu
"Ke istri pun juga saya diam-diam, dia selalu siapa ya siapa ya," ucap dia.
Baca juga: Pertemuan Megawati-Prabowo Jadi Kans PDIP Masuk Kabinet, Puan: Tidak Ada yang Tidak Mungkin
Zaken Kabinet
Wacana pembentukan zaken kabinet pertama kali dicuatkan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani.
Menurut Muzani, Prabowo telah meminta partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) untuk mengusulkan sosok yang dinilai pas mengisi kursi kabinetnya.
"Pak Prabowo ingin ini adalah sebuah pemerintahan zaken kabinet. Di mana yang duduk adalah orang-orang yang ahli di bidangnya meskipun yang bersangkutan berasal atau diusulkan dari Parpol," papar Muzani, Senin (10/9/2024).
Dengan begitu, nantinya menteri yang mengisi kursi kabinet akan berasal dari kalangan ahli.
Tak hanya itu, sosok menteri Prabowo-Gibran nantinya harus memiliki relevansi dengan kementerian yang dipimpin.
"Sehingga tidak kehilangan relevansinya di jabatan yang diduduki karena yang bersangkutan memiliki keahlian dari jabatan yang disandang. Meskipun dia orang partai atau orang politik, harapannya adalah orang-orang yang ahli di bidangnya," jelas Muzani.