News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gerakan 30 September

Cerita Anak Ahmad Yani Jelang Tewasnya sang Ayah dalam Peristiwa G30S: Sempat Ada Telepon Misterius

Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Febri Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak Ahmad Yani menceritakan detik-detik sang ayah wafat dalam peristiwa berdarah G30S pada 59 tahun lalu. Ada telepon misterius cari Ahmad Yani.

TRIBUNNEWS.COM - Amelia Ahmad Yani, anak ketiga Jenderal (Anumerta) TNI Ahmad Yani menceritakan detik-detik menjelang tewasnya sang ayah dalam peristiwa yang dikenal sebagai Gerakan 30 September atau G30S pada 59 tahun lalu.

Amelia menceritakan pada 30 September 1965 siang hari, sang ayah sempat menghabiskan waktu bersama dirinya dan adik-adiknya.

Saat berkumpul, Ahmad Yani, kata Amelia, sempat mengajaknya dan adik-adiknya untuk pergi ke Istana Negara pada 5 Oktober 1965.

Pada tanggal tersebut, Amelia menuturkan akan ada pagelran pameran Panser yang baru saja dibeli TNI dari London, Inggris.

Amelia dan adik-adiknya pun mengaku senang dengan ajakan sang ayah karena tidak harus pergi ke sekolah.

“Bapak itu ngomong begini, ‘engko (nanti) tanggal 5 Oktober (1965), kabeh melu bapak (semua ikut bapak) ke Istana, nggak usah sekolah, ada arak-arakan. Seneng banget hari itu,” katanya dalam wawancara eksklusif yang dikutip dari YouTube Tribunnews, Senin (30/9/2024).

Selanjutnya, setelah berkumpul dengan anak-anaknya, Amelia menuturkan Ahmad Yani berpamitan untuk bermain golf dan baru pulang ke rumah pada sore harinya.

Singkat cerita, Ahmad Yani pun akhirnya pulang dan melihat Amelia bercengkerama dengan para bintara TNI AD yang bakal bertugas dalam peringatan Hari TNI.

Baca juga: Apa Perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila? Termasuk soal Peristiwa G30S

Para bintara tersebut, cerita Amelia, langsung memberikan hormat kepada Ahmad Yani.

“(Ahmad Yani berkata ke taruna) senang ya sama adik-adik, silahkan aja. Mereka (anak Ahmad Yani) memang paling suka taruna,” ujarnya.

Ahmad Yani Ucapkan Wasiat kepada Anak setelah Tumpahkan Parfum

Pada sore yang sama, Amelia menuturkan sang ayah sempat duduk di sebuah meja bar di kediamannya.

Sementara, di meja tersebut, terdapat pula botol parfum yang masih terisi.

Namun, Amelia menceritakan botol parfum itu tidak sengaja terkena tangan Ahmad Yani sehingga terjatuh dan tumpah.

“Dan waktu itu bar, bapak itu bilang ada botol minyak wangi, kena tangan bapak saya, tumpah dia,” katanya.

Selanjutnya, cairan parfum yang tumpah itu diusapkan ke tangan Ahmad Yani dan juga ke baju anak-anaknya.

Saat momen tersebut, Amelia mengungkapkan Ahmad Yani mengatakan sesuatu yang dianggapnya sebagai kata-kata wasiat sang ayah sebelum wafat.

“Terus dikasihin (cairan parfum) ke saya dan adik-adik saya. (Ahmad Yani berkata) ‘nek ana sing takon wangine seko endi, bilang ya seko bapak’ (kalau ada yang tanya wanginya dari mana, bicara saja dari bapak),” cerita Amelia.

Banyak Perwira TNI Datang ke Rumah Ahmad Yani

Masih di hari yang sama, Amelia menuturkan banyak tamu berdatangan ke rumah seperti Mayjen TNI Basuki Rahmat dan perwira TNI lainnya.

Saat bertemu sang ayah, Amelia mengungkapkan Basuki Rahmat melaporkan adanya perusakan gedung Gubernur Jatim oleh Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).

Kemudian, ada lagi perwira lain yang datang ke rumah Ahmad Yani yaitu ajudan Presiden pertama RI Soekarno, Brigjen Soegandhi.

Hanya saja, Amelia mengungkapkan Soegandhi justru enggan bertemu dengan ayahnya meski ada informasi penting yang akan disampaikan yaitu soal isu Dewan Jenderal.

Amelia mengatakan hal tersebut justru disampaikan kepada ajudan Ahmad Yani bernama Bandi.

“(Soegandhi berkata) ‘saya mau ketemu bapak’. (Bandi menjawab) ‘ ya sana kan di dalam ada bapak’. ‘Ah kamu aja nanti yang lapor’ kata Pak Gandhi. ‘Tentang apa’ tanya Pak Bandi, ‘itu, Bung Karno marah-marah soal Dewan Jenderal,” cerita Amelia.

Setelah itu, Soegandhi pun justru pulang dan mengurungkan niat untuk bertemu Ahmad Yani.

Semua Ajudan Ikut Istri Ahmad Yani, Ada Pula yang Diperintahkan Pulang

Amelia mengatakan beberapa jam sebelum Ahmad Yani wafat akibat peristiwa G30S, ajudan ayahnya justru disuruh untuk menjaga istrinya, Yayu Rulia Sutowiryo.

Adapun Yayu, disebut oleh Amelia, bakal melakukan ibadah Nyepi di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat.

Amelia mengatakan ibunya berangka dari rumah sekitar pukul 21.00 WIB.

Selain itu, pengawal lainnya justru disuruh pulang oleh Ahmad Yani.

“Bapak tidur jam 10 dan semua pengawalnya yang baru diganti dari Yon Pomad Para itu disuruh pulang. Jam 7 (pagi keesokan harinya) udah mesti siap, mau bertemu Bung Karno,” jelas Amelia.

Pada momen sebelum G30 S meletus, Amelia mengungkapkan hanya tersisa 12 orang pengawal Ahmad Yani yang berjaga di rumah.

Ada Telepon Misterus 2 Kali, Tanyakan Keberadaan Ahmad Yani

Kemudian, sekitar pukul 23.00 WIB, kakak Amelia yang bernama Ruli menerima telepon dari orang misterius dan menanyakan keberadaan Ahmad Yani.

Ruli pun menjawab bahwa ayahnya sudah tidur. Namun, setelah itu orang tersebut langsung menutupnya.

Tak berselang lama, orang misterius kembali menghubungi dan kembali menanyakan keberadaan Ahmad Yani dan setelah itu sambungan telepon pun terputus.

Baca juga: Tokoh-tokoh yang Diduga Terlibat Peristiwa G30S: Untung, DN Aidit, Sjam Kamaruzaman

Amelia menduga putusnya sambungan telepon itu menjadi tanda alat komunikasi di rumahnya sudah dikuasai.

“Udah, habis itu di-cut mungkin ya telekomunikasi, sudah dikuasai mereka (Pasukan Cakrabirawa -red),” katanya.

Detik-detik Ahmad Yani Diberondong Senjata Thompson, Anak-anaknya Lihat Langsung

Amelia lalu menceritakan detik-detik Ahmad Yani wafat yaitu dengan berondongan senjata Thompson yang dibawa oleh Pasukan Cakrabirawa.

Awalnya pada 1 Oktober 1965 dini hari sekira pukul 04.15 WIB, adik Amelia yakni Irawan Sura Eddy terbangun dari tidurnya dan mencari sang ibu karena tidak kunjung pulang.

Di sisi lain, pada saat yang sama, Amelia mengatakan seluruh pintu rumah tidak dikunci agar memudahkan istri Ahmad Yani untuk masuk ketika sudah pulang.

Singkat cerita, ketika Eddy menunggu kepulangan ibunya, tak disangka justru yang datang ke rumahnya adalah pasukan Cakrabirawa yang berniat untuk menculik Ahmad Yani.

Pada saat itulah, Eddy diminta oleh salah satu anggota pasukan Cakrabirawa untuk membangunkan sang ayah.

Kemudian, Ahmad Yani pun bangun dan menjadi awal dirinya diberondong peluru dari senjata Thompson yang ditenteng oleh pasukan Cakrabirawa hingga tewas di tempat.

Tragedi berdarah itu pun disaksikan anak-anak Ahmad Yani termasuk Eddy yang membangunkannya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Gerakan 30 September

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini