TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Salah satu tantangan terbesar Indonesia dalam mencapai Indonesia Emas 2045 adalah masalah ketimpangan pendididikan.
Padahal, pendidikan menjadi prasyarat utama generasi muda untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Praktisi Pendidikan Oky Setiarso mengatakan, persoalan pendidikan harus menjadi perhatian bersama, baik anak, orang tua, guru, komunitas, akademisi, hingga pemerintah.
Pasalnya, masalah pendidikan di Indonesia cukup kompleks, karena beririsan dengan permasalahan ketimpangan sosial lainnya.
“Kondisi pendidikan kita memang masih timpang. Di Jakarta saja, kami masih menemukan anak kelas 4 SD yang tidak bisa membaca dan menulis, serta anak perempuan usia 12 tahun yang tidak bisa bersekolah dasar,” kata Oky, Selasa (1/10/2024).
Oky, yang juga mengembangkan Kelas Belajar Oky (KBO) untuk anak-anak putus sekolah, menegaskan, selain soal pemerataan akses pendidikan, masalah mendesak lainnya adalah menghadirkan pendidikan yang berbasis moralitas, etika, menyenangkan, dan visioner.
“Bisa jadi malapetaka, apalagi jika bonus demografi Indonesia ini tidak bisa dikelola dengan baik. Bertambah kompleks, jika dikaitkan dengan masalah kesehatan dan ekonomi, yang akhirnya berdampak pada mutu generasi muda ke depan,” katanya.
Menurut data BPS dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2023, mayoritas lulusan pendidikan di Indonesia adalah SMA/sederajat sekitar 30,22 persen, menyusul SD/sederajat 24,62 persen, dan SMP/sederajat 22,74 persen.
Sementara itu, penduduk yang tidak tamat SD dan yang belum pernah sekolah masing-masing sebesar 9,01 persen dan 3,25 persen.
Sekjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Pastor Adi Prasojo mengatakan, masalah pendidikan di Indonesia tidak hanya cukup dicermati dari sisi statistik.
Gerakan nyata dalam bentuk kepedulian untuk mengakhiri ketimpangan sangat dibutuhkan. Masih banyak anak yang tidak mendapat akses pendidikan yang baik, kekurangan guru, sarana penunjang, hingga putus sekolah.
“Paus Fransiskus pernah menegaskan bahwa pendidikan itu hak semua anak, dan merupakan jembatan untuk harapan dan masa depan yang lebih baik. Kami ingin pesan ini membekas di hati anak-anak, agar mereka bisa menjadi sahabat dan berkat bagi teman-temannya yang kurang beruntung,” katanya.
Pernyataan tersebut dihubungkan dengan rencana KAJ yang bakal menyelenggarakan Hari Anak KAJ 2024 pada 5 Oktober 2024 di Ciputra Artpreneur, Jakarta.
Dengan tema 'Anak Indonesia Sehat, Bersahabat, dan Menjadi Berkat', KAJ mengajak 1000 anak untuk bersolider dengan teman-temannya yang kurang beruntung, baik dari sisi kesehatan, pendidikan, maupun kondisi timpang lainnya.
Hari Anak KAJ terinspirasi dari World Children’s Day (WCD) yang digagas pertama kalinya oleh Paus Fransiskus pada 22 Mei lalu di Vatikan.
Baca juga: Daftar 4 Gen Z Resmi Dilantik jadi Anggota DPR RI 2024-2029, Ada Anak Menteri Jokowi dan Pengusaha
Kedua event tersebut didukung penuh oleh 5P Kids, inisiatif global yang fokus pada masa depan anak yang diinisiasi oleh 5P Global Movement.