TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka literasi di Indonesia rendah.
Berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah dalam hal literasi dunia.
Berdasarkan survei Program for International Student Assessment (PISA) pada 2019, Indonesia berada di peringkat ke-62 dari 70 negara dalam hal literasi.
Data UNESCO menunjukkan, hanya 0,001 persen masyarakat Indonesia yang memiliki minat baca.
Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang gemar membaca.
Rendahnya tingkat literasi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor.
Di antaranya faktor kurangnya minat membaca, sarana dan prasarana yang tidak memadai, peran keluarga yang kurang mendukung serta pengaruh televisi dan ponsel.
Selain itu, karena faktor kualitas pendidikan yang bervariasi, kurikulum yang kurang tepat dan lingkungan yang tidak mendukung.
Jika melihat per wilayah, Gorontalo merupakan salah satu provinsi dengan tingkat gemar membaca peringkat 10 terbawah se-Indonesia dengan angka 64,86.
Untuk itu, pengusaha Andi Ilham berupaya meningkatkan minat baca warga setempat.
Baca juga: Menkominfo Budi Arie: Jauhi Judi Online, Kalau Mau Kaya Harus Kerja Keras
Salah satu upaya dengan cara menyediakan fasilitas Perpustakaan Keliling dan bantuan bahan bacaan berkualitas
"Tujuannya anak-anak dapat menjadi cerdas dan kritis terhadap informasi," kata pria yang juga pengurus Pusat Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dalam keterangannya pada Jumat (4/10/2024).
Pernyataan itu disampaikan setelah mengunjungi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam rangka menjajaki beberapa potensi kerja sama.
Dia menambahkan melalui membaca, maka tidak ada pelanggaran norma dan etika yang dilakukan oleh masyarkat.
"Tidak ada lagi yang melakukan pelanggaran etika yang merusak moral daerah,” kata Ketua Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Provinsi Gorontalo itu.