Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Partai Buruh Said Iqbal mengomentari pailitnya PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex.
Selain karena gagal bayar utang, Said Iqbal menilai pailitnya perusahaan tekstil terbesar se-Asia Tenggara tersebut karena daya beli masyarakat yang menurun dan impor China.
"Penyebab runtuhnya industri tekstil di Indonesia pertama daya beli yang turun salah satu penyebab faktor daya beli turun adalah deflasi," kata Said Iqbal dalam konferensi pers daring, Minggu (27/10/2024).
Penyebab deflasi, kata Said Iqbal, karena upah buruh selama 3 tahun sebelumnya tidak pernah naik.
Penyebabnya Omnibus Law Cipta kerja.
Baca juga: Sejarah Berdirinya Sritex, Perusahaan Tekstil Sejak Orde Baru Terbesar di Asia Tenggara yang Pailit
"Yang kedua impor dari Cina dalam kasus Sritex selain runtuhnya faktor industri tekstil di Indonesia yaitu daya beli dan impor barang Cina masuk," kata Said Iqbal.
"Kasus Sritex lebih pada persoalan hutang perusahaan kegagalan bayar utang," ucapnya.
Diketahui Sritex asal Sukoharjo ini telah menjadi perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang memasok seragam militer untuk 35 negara, mulai dari Eropa, Asia hingga Timur Tengah.
Baca juga: Prabowo Pikirkan Nasib Karyawan Sritex yang Terancam PHK, Minta 4 Kementerian Turun Tangan
Namun kini, raksasa tekstil Sritex resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang.
Keputusan Sritex pailit itu berdasarkan putusan perkara dengan nomor 2/Pdt.Sus- Homologasi/2024/PN Niaga Smg oleh Hakim Ketua Moch Ansor padai Senin 21 Oktober Perusahaan yang berbasis di Sukoharjo ini digugat pailit oleh vendornya PT Indo Bharta Rayon karena polemik utang yang belum terbayarkan.
Sritex bersama dengan perusahaan afiliasinya, PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya dianggap telah lalai dalam memenuhi kewajiban pembayaran kewajiban kepada PT Indo Bharat Rayon, selaku pemohon.