TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Santi Handiyani (40) merasakan pusing tidak biasa sepanjang hari Selasa (29/10/2024) lalu.
Bahkan di hari itu, Santi sampai meminum obat sakit kepala dan minta dikerik.
Ia kemudian menyadari pusing tak biasa itu merupakan firasat akan apa yang terjadi pada kembarannya.
"Saat Selasa, saya pikir cuma pusing biasa, kepala saya dari pagi enggak bisa digerakkan sampai malam. Sakit benar-benar sakit, sakit. Sakitnya itu seluruh kepala, pusing," ungkap Santi kepada Tribunnews.com, Jumat (1/11/2024).
Hari di mana Santi mengalami pusing hebat itu adalah ketika jenazah kembarannya ditemukan tanpa kepala di Muara Baru, Jakarta Utara.
Santi mengaku masih belum percaya saudara kembarnya meninggal dengan tragis yakni dimutilsasi oleh pelaku bernama Fauza Fahmi.
"Saya sebelum dengar namanya, sama sekali tidak yakin. Namun saat polisi menyebut namanya baru kaget, 'masa sih'," katanya.
Keterangan dan firasat
Hari Jumat lalu (1/11/2024), awak redaksi Tribunnews mendatangi rumah orang tua Sinta di Kampung Babakan, RT 03 RW 004, Kelurahan Binong, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang.
Rumah sang orang tua hanya berjarak 100 meter dari rumah Sinta yang berupa kontrakan petakan.
Di rumah kontrakan itu lah Sinta tinggal bersama empat orang anaknya yang seluruhnya belum ada yang berkeluarga.
Bendera kuning menjadi tanda rumah orang tua Sinta siang itu.
Terlihat Kursi-kursi plastik yang disediakan untuk para pelayat diduduki oleh beberapa sanak keluarga Sinta.
Satu di antara mereka yang duduk adalah Ni'am, ayahanda dari Sinta.
Kesedihan masih terlihat dari raut wajah Ni'am yang murung. Ia tampak gelisah menunggu kedatangan jasad putri sulungnya.
Kegelisahan itu tercermin dari gerak-geriknya yang berpindah-pindah posisi dari duduk di bangku plastik tersebut ke beberapa sudut rumah, hingga membaringkan diri di teras rumah yang lebih mirip seperti pendopo.
Di salah satu kursi juga tampak wanita dengan wajah mirip dengan korban, Sinta Hadiyani, yang ternyata adalah kembarannya: Santi.
Santi pun berbagi cerita kepada Tribunnews perihal dirinya dan korban
Ia mengaku dirinya dan korban merupakan anak kembar dari enam bersaudara.
Santi dan Sinta terlahir kembar di Babakan, Kabupaten Tangerang, pada April 1984 lalu.
Namun, Sinta lahir terlebih dahulu atau anak pertama, hanya berselang lima menit dari Santi.
"Ya, kami adalah anak kembar," ujar Santi.
Santi mengaku masih belum percaya saudara kembarnya meninggal dengan tragis yakni dimutilsasi oleh pelaku bernama Fauza Fahmi.
Santi kemudian memperlihatkan sebuah foto yang menjadi kenangannya bersama Sinta
Santi kemudian menceritakan, saat masih kanak-kanak, ia dan Sinta tinggal terpisah.
Sinta tinggal di rumah orang tua mereka di Kabupaten Tangerang, dan Santi tinggal di kediaman neneknya, di Jakarta.
Pemisahan tempat tinggal mereka, kata Santi, dikarenakan alasan ekonomi orang tua mereka.
Meski demikian, sebagai kakak dan adik, mereka tetap selalu main berdua.
"Paling kalau saya lagi libur sekolah, saya dijemput orang tua saya buat ke sini," ujar Santi.
Kasus pembunuhan
Kasus pembunuhan Sinta sendiri akhirnya menemui titik terang.
Setelah ada penemuan mayat tanpa kepala di Pelabuhan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara, yang ternyata merupakan jenazah Sinta Handiyana, polisi segera melakukan penyelidikan.
Hasilnya, pelaku mutilasi Fauzan ditangkap di rumahnya oleh anggota Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya 1 x 24 jam setelah mayat korban ditemukan di Muara Baru, Selasa (29/10/2024) pagi.
Penangkapan dilakukan di hari yang sama setelah polisi menemukan jasad dan bagian kepala korban yang terpisah, dalam jarak sekitar 600 meter.
Tubuh korban ditemukan di kolam belakang SPBU Pelabuhan Muara Baru, sedangkan kepalanya di semak-semak Jalan Inspeksi Waduk Pluit.
Hasil penyelidikan polisi, Fauzan diketahui membunuh Sinta dengan menggunakan pisau yang sering dipakainya memotong hewan.
Fauzan membunuh Sinta karena sakit hati ibu dan istrinya disebut pelacur.
Sementara itu, terkait sosok korban Sinta Handiyana, yang bersangkutan diketahui sebagai seorang janda anak empat.
Sinta adalah seorang wanita asal Tangerang, Banten yang memang sebelumnya pernah tinggal bertahun-tahun di Muara Baru.
Sebelum ditemukan tewas pada 29 Oktober, Sinta pamit ke keluarganya pada 27 Oktober untuk bekerja dan bertemu temannya di Jakarta.
Keluarga yang tak menerima kabar selama dua hari merasakan kepedihan yang begitu mendalam ketika tahu Sinta sudah tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan.