Kapal selam kemudian menjalani uji coba di laut Jerman Barat sebelum diserahkan kepada Pemerintah Indonesia pada 6 Juli 1981.
KRI Nanggala meninggalkan Jerman Barat pada awal Agustus 1981 dengan ditumpangi oleh 38 awak di bawah komando Letnan Kolonel Armand Aksyah.
KRI Nanggala pertama kali ditunjukkan ke masyarakat umum, bersamaan dengan hari ulang tahun TNI ke-36 pada 5 Oktober 1981 lalu.
Pada 21 Oktober 1981, peresmian penggunaannya dilakukan oleh Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal TNI Mohammad Jusuf di Dermaga Ujung Surabaya.
KRI Nanggala pernah melakukan perbaikan di Howaldtswerke dan selesai pada 1989.
Sekitar dua dekade kemudian, kapal selam KRI Nanggala 402 kembali menjalani perbaikan penuh dengan biaya US$63,7 juta selama dua tahun di Korea Selatan.
Perbaikan tersebut dilakukan oleh Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME) dan selesai pada Januari 2012.
Pada perbaikan ini, sebagian struktur atas kapal diganti dan sistem persenjataan, sonar, radar, kendali tempur, dan propulsi dimutakhirkan.
Setelah perbaikan, KRI Nanggala mampu menembakkan empat torpedo secara bersamaan menuju empat target yang berbeda dan meluncurkan misil antikapal seperti Exocet atau Harpoon.
Bukan hanya itu saja, kedalaman selamnya bertambah menjadi 257 meter (843 ft) dan kelajuan maksimumnya dinaikkan dari 215 knot (398 km/h) menjadi 25 knot (46 km/h).
Sekitar lima tahun kemudian, KRI Nanggala dilengkapi dengan sistem perum gema KULAÇ buatan ASELSAN. Wikipedia
Baca juga: Latgab TNI 2023, Panglima Yudo Pimpin Tabur Bunga Kenang KRI Nanggala-402
Spesifikasi
Masih dilansir dari Tribunnewswiki, KRI Nanggala 402 menjadi salah satu kapal selam andalan Indonesia dengan berat 1.395 ton, dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter.
KRI Nanggala 402 dilengkapi dengan senjata.
KRI Nanggala 402 memiliki senjata yang terdiri dari 14 buah terpedo buatan AEG, diincar melalui periskop buatan Zeiss yang diletakan disamping snorkel buatan Maschinenbau Gabler