Dia juga sempat mendengar para petugas Sipir Rutan Salemba tengah menggelar apel malam pada pukul 20.00 WIB.
Hal itu diketahuinya karena memutuskan berangkat tugas berjaga lebih awal lantaran rawan terjadi tindak kejahatan di daerah tersebut selepas hujan.
Padahal, dia biasa betugas berjaga mulai pukul 22.00 WIB hingga 05.00 WIB esok harinya.
Pada Senin malam itu, Effendi menyebut tidak ada aktivitas ataupun orang-orang yang berkumpul dekat gorong-gorong, tempat para narapidana kabur.
Dia berjaga bersama dua orang rekannya. Sesekali, mereka berbagi tugas untuk berpatroli atau berkeliling di kawasan RW 04 Kelurahan Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
“Saya di sini jaga bertiga, enggak liat ada kegiatan orang dekat sini. Hanya warga sekitar yang keluar masuk, kalau warga saya pasti kenal kan. Habis hujan juga, jadi sepi di daerah sini,” kata Effendi menceritakan peristiwa malam itu.
Tak terasa, azan salat subuh berkumandang di sekitar Jalan Percetakan Negara IX. Effendi pun memutuskn untuk izin kepada rekannya untuk menunaikan salat subuh dan pulang ke rumah.
Sementara, satu rekannya pulang ke rumah dan seorang lainnya masih berjaga sambil membuka portal di jalan Percetakan Negara IX.
Setibanya di rumah, Effendi pun memutuskan untuk istirahat tidur selepas berjaga malam.
Ketika ingin memejamkan mata, dia dikagetkan dengan adanya sejumlah orang yang memberikan informasi kalau ada narapidana Rutan Salemba kabur.
Bergeges, kakinya pun melangkahkan kaki ke pos keamanan tempatnya berjaga.
“Pas sampai, saya sudah liat petugas sudah ramai dekat gorong-gorong depan pos jaga. Ada napi kabur katanya,” ujarnya.
Baca juga: RSCM: 46 Orang Rawat Inap dan 126 Orang Rawat Jalan Akibat Judi Online
Dia pun mengaku sempat ditanyai oleh pihak kepolisian perihal kaburnya ketujuh narapidana itu.
Effendi mengaku tak mengetahui persis. Sebab, dia menduga kalau para narapidana kabur selepad dirinya bersama kedua rekannnya pulang berjaga.