Namun Cak Nun tidak menamatkan pendidikannya di Gontor.
Cak Nun ‘diusir’ dari Gontor karena telah memimpin demonstrasi pada pertengahan tahun ketiganya di sana.
Emha Ainun Najib mendemo pimpinan pondok lantaran menilai sistemnya kurang baik.
Cak Nun lalu pindah ke Yogyakarta untuk sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta hingga akhirnya berhasil menamatkan pendidikannya di tahun 1971.
Intelektual Islam asal Jawa Timur ini sempat melanjutkan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, usai ulus dari SMA.
Namun Cak Nun memilih untuk tidak menamatkan pendidikannya di UGM dan hanya berakhir di Semester 1.
Sepak Terjang
Cak Nun diketahui sempat hidup menggelandang selama 5 tahun.
Ayah Sabrang ini menggelandang sejak tahun 1970 hingga 1975.
Cak Nun belajar sastra kepada guru yang sangat ia kagumi, seorang sufi misterius, Umbu Landu Paranggi.
Umbu bahkan sudah berpengaruh cukup banyak dalam kehidupan Cak Nun.
Pada 1970, Cak Nun mengawali kariernya sebagai Pengasuh Ruang Sastra di Harian Masa Kini, Yogyakarta.
Kemudian Cak Nun melanjutkan kariernya menjadi wartawan dan redaktur di media yang sama di tahun 1973 hingga 1976.
Emha Ainun Nadjib pun dikenal aktif menulis puisi dan menjadi kolumnis di berbagai media.
Cendekiawan satu ini juga diketahui sudah menulis sekitar 30-an buku esai.