“Saya ingin belajar mencari uang halal, membantu meringankan beban orang tua,” ungkapnya dalam buku biografinya, “Jejak Kudeta (1997-2005): Catatan Harian Letnan Jenderal (Purn) Djaja Suparman.”
Pengalaman hidup yang penuh perjuangan ini menjadi fondasi kesuksesan Djaja Suparman hingga mencapai pangkat Letnan Jenderal dan menjalani karier cemerlang di TNI.
Djaja Suparman tidak hanya dikenal karena kiprahnya di dunia militer, tetapi juga karena pandangannya yang tegas dan kontribusinya dalam berbagai tugas strategis.
Sementara itu, di TNI, Djaja Suparman pernah menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) dari 1999 hingga 2000, Panglima Kodam Jayakarta (Pangdam Jaya) dari 1998 hingga 1999, dan Panglima Kodam V/Brawijaya dari 1997 hingga 1998.
Ia memulai karier militernya sebagai Komandan Peleton (Danton) di Blitar. Setelahnya, ia menjabat sebagai Komandan Yonif 507/Sikatan di Surabaya, pasukan andalan Kodam V/Brawijaya.
Kariernya terus menanjak dengan berbagai jabatan strategis, di antaranya:
Komandan Distrik Militer (Dandim) Probolinggo.
Waasops Kasdam V/Brawijaya.
Komandan Brigif 13/Galuh Kostrad di Tasikmalaya.
Komandan Resimen Taruna Akmil di Magelang.
Kasdam II/Sriwijaya, di mana ia meraih pangkat bintang satu.
Setelah menjabat sebagai Pangdam V/Brawijaya dan Pangdam Jaya, Djaja ditunjuk sebagai Pangkostrad pada November 1999.
Namun, ia hanya menjabat selama beberapa bulan sebelum digantikan oleh Letjen TNI Agus Wirahadikusumah pada Maret 2000.
Setelah itu, Djaja menjabat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI (Dan Sesko TNI) dan terakhir sebagai Inspektur Jenderal TNI (Irjen TNI) sebelum pensiun.