Sementara di dalam negeri, menurutnya, terjadi pelemahan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kelas menengah menjadi tantangan utama.
"Pemerintah bisa mengombinasikan program makan siang bergizi gratis untuk siswa guna meningkatkan gizi anak, sekaligus menggerakkan ekonomi UMKM. Libatkan para pelaku UMKM dalam rantai pasok makan bergizi gratis," ucap Said.
Said juga menyoroti pentingnya memperkuat industri manufaktur.
Meskipun kontribusi sektor ini terhadap PDB menurun dari 21,28 persen pada 2014 menjadi 18,67 persen pada 2023, Said optimistis bahwa program hilirisasi dapat menjadi motor kebangkitan industri manufaktur.
"Perluasan hilirisasi bisa merambah ke bahan tambang selain nikel, perkebunan, pertanian, dan kehutanan, terutama yang menjadi kebutuhan rantai pasok global," jelasnya.
Said juga mengingatkan pentingnya diplomasi perdagangan internasional untuk menciptakan tata niaga dunia yang lebih adil.
Di sisi lain, reformasi struktural, seperti pemberantasan korupsi dan peningkatan efisiensi birokrasi, diperlukan untuk menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang saat ini tertinggi di antara negara-negara sekelas Indonesia.
"Dengan ICOR yang rendah maka produk ekspor Indonesia bisa berdaya saing di pasar global. Menurunnya tingkat korupsi juga menguatkan kepercayaan kepada pemerintah," ucap Said.