“Hal-hal tersebut yang bisa dijadikan pelajaran dalam membentuk industri yang sehat dan terus melahirkan inovasi baru. Sehingga peluang untuk yang lebih besar di masa mendatang,” imbuhnya.
Di satu sisi, dia juga menilai kondisi bearish aset kripto saat ini sangat berbeda dibandingkan kondisi serupa pada tahun-tahun sebelumnya.
Hal ini dikarenakan pasar saat ini yang telah dimasuki oleh banyak investor institusional.
Baca juga: Di Tengah Ancaman Inflasi, Warga Argentina Beralih ke Kripto
Pada akhirnya, keberadaan investor institusional tersebut justru tidak akan membiarkan perbendaharaan aset Bitcoin mereka terperosok lebih jauh.
Alhasil, kondisi tersebut bisa menguatkan market untuk kembali bullish ke depannya.
Apalagi ke depannya industri kripto masih punya potensi yang sangat besar, oleh karena itu Cenmi optimistis aset kripto masih bisa kembali bullish.
Dengan adopsi teknologi blockchain yang semakin luas, nantinya aset kripto tidak sebatas sebagai instrumen investasi.
Akan tetapi juga sebagai backbone ekosistem yang bisa menyelimuti banyak sektor, yang pada akhirnya akan memperkuat fundamental kripto itu sendiri.
“Investor bisa melihat industri aset kripto di Indonesia lebih luas lagi. Dampaknya akan besar tidak hanya sebagai instrumen investasi, tetapi membangun industri blockchain yang bisa meliputi banyak sektor,” jelas Cenmi.
Transaksi Tetap Tumbuh
Di tengah tekanan yang dihadapi aset kripto sepanjang tahun ini, hal ini turut berdampak pada market cap industri kripto.
Mengawali tahun ini, market cap industri kripto masih sebesar US$ 2,19 triliun.
Namun, pada hari ini, Minggu (5/6), market cap industri kripto susut menjadi US$ 1,26 triliun, artinya sudah terjadi penyusutan sebesar 42,5 % pada periode tersebut.
Baca juga: Baru Mulai Investasi Kripto? Gunakan Dollar Cost Averaging untuk Mengurangi Risiko!
Cenmi mengakui imbas dari tren bearish aset kripto dalam beberapa pekan terakhir telah membuat market anjlok.