Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Ketakutan para investor akan ancaman bear market telah membuat para penambang kripto Bitcoin (BTC) memilih untuk menutup akun dan menjual kepemilikan koin BTC demi mengurangi biaya operasional.
Trend bearish yang menimpa perdagangan kripto pada pekan lalu hingga mengantarkan harga bitcoin terjun di bawah 19.000 dolar AS, memicu hengkangnya 2,8 persen penambang kripto.
Hal ini terlihat setelah berkurangnya jumlah daya komputasi atau hashrate jaringan penambang bitcoin, dimana sebelumnya hashrate bitcoin berada di angka 200 exahash per detik (EH/s) namun setelah bear market hashrate Bitcoin anjlok menjadi 167 EH/s, pada Sabtu (18/6/2022).
Baca juga: Bitcoin Rebound Tipis ke 20.000 Dolar AS, Sektor Ritel Jadi Pendorong Utama
Dilansir dari News Bitcoin, penurunan ini terjadi karena adanya aksi panic selling hingga membuat munculnya gelombang jual di pasar kripto.
Tercatat dalam beberapa hari terakhir setidaknya ada 88.000 BTC yang dijual penambang dalam sehari.
Munculnya berbagai kasus di industri kripto seperti runtuhnya ekosistem Terra, adanya penghentian layanan Celsius Network dan rumor bangkrutnya perusahaan hedge fund kripto terbesar, seperti Three Arrows Capital (3AC) tampaknya telah memicu kekhawatiran penambang akan hadirnya risiko kerugian yang lebih besar, sehingga mereka terpaksa menjual sebagian aset Bitcoin dan membuat harga koin tersebut terus mengalami kemerosotan.
Kerugian ini latas menyebabkan banyak rig penambangan yang terintegrasi dengan aplikasi khusus (ASIC) menjadi tidak menguntungkan lagi.
Baca juga: Apa Itu Bitcoin? Ini Pengertian dan Cara Kerjanya
Para analis memperkirakan penurunan ini akan terus terjadi hingga beberapa tahun kedepan, meskipun baru-baru ini Bitcoin mengalami rebound tipis di atas 20.000 dolar AS.
Bitcoin Rebound Tipis
Setelah beberapa hari pasar cryptocurrency terus mengalami bear market, kini harga Bitcoin (BTC) mulai terpantau pulih dengan rebound sekitar 5,92 persen dalam kurun waktu 24 jam pada perdagangan kripto, Senin (20/6/2022).
Dengan pemulihan tersebut bitcoin saat ini berada di harga 20.232 dolar AS per keping, meski tak naik secara signifikan namun kenaikan tersebut menandakan adanya pemulihan pasar kripto dari penurunan tajam pada akhir pekan kemarin.
Imbas amblesnya persentase mingguan saham AS di tengah kenaikan suku bunga The Fed, hal ini yang kemudian memicu kekhawatiran investor hingga mereka nekat melakukan aksi panic selling atau penarikan kripto masal.
Baca juga: Penyebab Harga Bitcoin Anjlok Nilainya dan Meredup hingga ke Angka Rp274 Juta per Keping
Mengutip data Coinmarketcap, kenaikan tak hanya terjadi pada bitcoin saja dalam 24 jam terakhir beberapa mata uang kripto lainnya juga terlihat terus mengalami bullish.
Seperti Ether koin yang terhubung ke jaringan blockchain Ethereum, pada perdagangan Senin pagi melesat 9,99 persen menjadi 1.100 dolar AS, naik tipis dari penutupan pasar di hari Sabtu, dimana saat itu Ether jatuh di angka 993 dolar AS menandai harga terendah Ether sejak awal tahun ini.
Kemudian ada Dogecoin yang menghijaukan rapornya di pasar kripto dengan naik sebanyak 12,21 persen menjadi 0.05958 dolar AS per keping, disusul Solana yang lompat 6,19 persen ke harga 33.74 dolar AS serta Cardano yang naik 5,13 persen menuju angka 0.4788 dolar AS.
Menurut Andrew Brenner, kepala pendapatan tetap internasional di National Alliance Securities, pihaknya mengatakan bahwa kenaikan pasar kripto pada awal pekan ini terjadi karena hasil dari investor ritel yang membeli mata uang digital selama akhir pekan.
“Beberapa pembeli berpikir sekarang adalah saat yang tepat untuk masuk karena Bitcoin turun ke level yang menunjukkan daya tarik jangka pendek,” kata Brenner.
Baca juga: Nilai Bitcoin Anjlok dan Terus Meredup di Zona Merah, Alami Penurunan hingga 7,12 Persen
Meski kondisi pasar cryptocurrency telah menghijau namun Brenner tetap mengingatkan para investor kripto untuk tetap berhati – hati selama melakukan pembeli di harga rendah atau buy the dip, mengingat nilai uang digital yang sangat fluktuasi.
“Uang digital bukanlah investasi yang baik pada saat Federal Reserve AS memperketat pasokan dolar dengan mengakhiri kebijakan moneter yang ekspansif. Selama dolar terus menunjukkan kekuatan, mata uang digital bukanlah tempat yang Anda inginkan," tutup Brenner, dikutip dari Reuters.