Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gaikindo mencatat penjualan mobil baru selama 10 tahun terakhir hanya berada di level 1 juta unit. Yang terbaru, pada 2023 lalu penjualan mobil baru hanya 1.005.802 unit.
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian bersama asosiasi dan pengusaha otomotif berupaya meningkatkan penjualan. Apalagi rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru 99 orang dari 1.000.
Baca juga: Harga Tiket Masuk GIIAS 2024 dan Diskon 50 Persen Gunakan Transportasi Online ke ICE BSD
Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Putu Juli Ardika, mengungkap setidaknya ada dua faktor penyebab penjualan mobil domestik stagnan.
"Pertama adalah daya beli masyarakat. Kalau kita lihat antara inflasi kendaraan menjadi lebih mahal. Dari 2014 ke 2023 itu perbandingan dengan pendapatan semakin besar. Kalau dulu 2014 gap harga mobil dengan pendapatan masyarakat sekitar Rp 15 juta, tetapi di tahun 2023 kemarin gapnya sudah Rp 30 juta," tutur Putu dalam Diskusi Solusi Mengatasi Stagnasi Pasar Mobil, Jakarta, Rabu (10/7/2024).
Baca juga: Berikut Tempat Kantong Parkir Ajang GIIAS 2024 di ICE BSD Tangerang
Faktor kedua adalah masyarakat yang beralih membeli mobil bekas. Dengan gap pendapatan yang kian jauh, solusi masyarakat yang ingin memiliki mobil menjatuhkan pilihan ke mobil-mobil second.
"Pada 2014, penjualan mobil baru itu 1,2 juta dan hanya 500.000 yang membeli kendaraan second. Nah 2023, ini ada 1 juta orang yang membeli kendaraan baru, tetapi yang membeli mobil second ini naik jadi 1,4 juta," jelas Putu.
Putu menilai, guna mendongkrak penjualan kembali naik melebihi level 1 juta unit diperlukan berbagai insentif agar masyarakat tertarik membeli mobil baru.
Baca juga: Ajang GIIAS 2024, ACC dan TAF Targetkan 7.000 Surat Pemesanan Kendaraan
"Yang mesti kita lakukan untuk mendorong industri ini adalah dengan hal-hal yang perlu kita lakukan seperti insentif diperluas untuk low emission vehicle, karena kita yang BEV itu hampir sama dengan negara lain. Kalau untuk yang lainnya low emission vehicle masih jauh dengan negara lain. Semestinya kita bisa mendorong ini menjadi suatu inisiatif yang baru untuk meningkatkan dan menjadikan indonesia sebagai basis produksi," ucap Putu.