"Perkembangan mental dan kejiwaannya sebagai makluk sosial yang masih membutuhkan ruang interaksi dan komunikasi serta kreativitas tersumbat," paparnya.
Menurut Harun, bila terus dilakukan para penerus generasi di masa mendatang ini hanya mendapatkan imajinasi pendidikan.
Mereka tidak mendapatkan hak-hak pendidikan empiris yang berinteraksi langsung dengan lingkungan belajarnya.
Bukan hanya itu saja, lanjut Harun. mereka juga akan memiliki trauma penjang, belajar di sekolah dianggapnya belajar yang menakutkan.
"Belajar di sekolah diangapnya tidak aman. Belajar di sekolah dianggapnya sudah tidak ada lagi. Belajar di sekolah tidak diperlukan lagi. Belajar di sekolah bisa menimbulkan penyakit."
Baca: Kemendikbud Diharap Lebih Maksimal Atur Pendidikan di Masa Pandemi
"Oleh sebab itu, dalam konteks ini secara perlahan dan dengan disertai juknis dan pentahapan yang jelas."
"Kegiatan kembali belajar di sekolah menjadi sangat penting untuk membangkitkan kembali, gerakan ayo ke sekolah, ayo jaga kebersihan, ayo jaga kesehatan," tegas Harun.
Ia mengatakan, tiga pilar antara sekolah, kebersihan, dan kesehatan menjadi momen penting saat ini.
"Ini semua penting supaya tidak menjadi loss generation seperti dikemukakan oleh Mendikbud Nadiem Makarim akhir-akhir ini."
"Oleh sebab itulah, pilar belajar learning to do dan learning to leave together, menjadi yang lebih penting dari pada sekedar learning to know dan learning to how secara online," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)