Abris Sous Roche juga banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, dan Sulawesi Selatan.
Hasil budaya lainnya yakni lukisan gua berupa cap tangan yang diyakini sebagai bagian dari ritual agama, dianggap memiliki kekuatan magis.
Cap jari tangan warna merah diperkirakan sebagai simbol kekuatan dan perlindungan dari roh-roh jahat.
Sementara cap tangan yang jarinya tidak lengkap diperkirakan merupakan ungkapan duka atau berkabung.
Baca juga: Deretan Fakta Unik Batu Berak, Situs Sejarah Megalitikum di Lampung Barat
Baca juga: Sejarah Jejak Indonesia di Negara Gajah Putih, Al Quran Tertua Asal Indonesia Tersimpan di Thailand
3. Zaman Neolitikum (Zaman Batu Baru/ Batu Muda)
Kehidupan pada zaman ini sudah mulai menetap, tidak berpindah-pindah.
Jenis manusia yang hidup pada pada zaman ini yaitu Homo Sapiens ras Mongoloide dan Austromelanosoide.
Mereka sudah mengenal bercocok tanam, namun masih melakukan perburuan.
Selain itu, mereka juga sudah dapat menghasilkan bahan makanan sendiri (food producing).
Adapun hasil kebudayaan zaman Neolitikum, yaitu:
– Kapak Lonjong (alat dari batu yang diasah berbentuk lonjong seperti bulat telur).
– Kapak Persegi (berbentuk persegi panjang atau trapesium, mirip dengan cangkul, digunakan untuk kegiatan persawahan).
– Mata panah dan mata tombak (terbuat dari batu yang diasah seara halus untuk kepentingan berburu).
– Perhiasan seperti gelang-gelang dari batu indah
– Alat pemukul kulit kayu
– Pakaian dari kulit kayu
– Tembikar (periuk belanga)
4. Zaman Megalitikum (Zaman Batu Besar)
Manusia pendukung pada zaman ini didominasi oleh Homo Sapiens.
Pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan, menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar.
Mereka telah membuat berbagai macam bangunan batu untuk kepentingan upacara keagamaan dan mengubur jenazah.
Menurut Von Heine Geldren, kebudayaan megalitikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang.
Pertama adalah Megalitikum Tua (2500-1500 SM) yang menyebar ke Indonesia pada zaman neolitikum dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu).
Sedangakan masa Megalitikum Muda (1000-10 SM), menyebar pada zaman perunggu dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu).
Adapun hasil kebudayaan zaman Megalitikum, yaitu:
– Menhir (tiang atau tugu batu untuk pemujaan dan peringatan akan roh nenek moyang).
– Punden berundak (bangunan yang tersusun bertingkat, berfungsi sebagai tempat pemujaan roh nenek moyang).
– Dolmen (meja batu tempat meletakkan sesaji untuk persembahan pada roh nenek moyang).
– Sarkofagus (peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup, pada ujung-ujungnya terdapat tonjolan).
– Kubur batu (peti mati yang dibentuk dari 6 papan batu).
– Waruga (kubur batu khas Minahasa, kebanyakan berupa kotak batu dengan tutup berbentuk segitiga mirip bangunan rumah sederhana).
– Arca batu (patung-patung dari batu berbentuk binatang atau manusia).
(Tribunnews.com/Latifah)