TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menyebut politik identitas kerap dimainkan oleh tim sukses calon kepala daerah dalam merebut suara masyarakat.
Padahal, kata Ray, politik identitas dapat memecah belah masyarakat secara berkepanjangan.
"Ini tantangan kita adalah politik identitas, ancaman ini jauh lebih berbahaya dari politik uang," ujar Ray dalam diskusi secara virtual, Jakarta, Senin (20/7/2020).
Ray menjelaskan, politik identitas bukan hanya berdampak buruk kepada masyarakat yang melaksanakan Pilkada, tetapi akan mempengaruhi masyarakat secara luas.
Baca: Sehatkan Pilkada, Penyelenggara Pemilu Perlu Kunci Uang Masuk ke Calon Kepala Daerah
"Misalnya Pilkada di Jakarta, orang di Sumatera Barat ikut terbawa emosi, bahkan sampai Papua juga terbawa emosi. Jadi ruang lingkupnya besar sekali dan lama sembuhnya," papar Ray.
Selain itu, Ray menyebut politik identitas juga terjadi pada pemilihan Presiden (Pilpres) pada 2019 dan sampai terdapat julukan masing-masing pendukung yakni cebong maupun kampret.
"Apa yang dikatakan A dipandang pendukungnya selalu besar, sementara yang dikatakan B dianggap selalu salah," ujar Ray.
"Ini belum selesai (perpecahannya), padahal yang bertarung di Pilpres sekarang sudah berkawan," sambung Ray.