Budi melihat penyebaran akun bot itu merata di berbagai media sosial, seperti Facebook, Twitter, atau Instagram. Pasalnya, si pembuat memiliki segmentasi target mereka.
"Misalnya, mereka menyasar kaum milenial, maka akun-akun bot yang dibuat di Instagram atau Line, kalau untuk kalangan yang lebih tua bisa di Whatsapp dan Facebook.
Namanya juga robot jadi mau dijalankan di mana saja tinggal diberi perintah," kata Budi.
Masih menurut Donny, seluruh konten yang disajikan ke publik merupakan data dan fakta yang di lapangan.
Bukan berita bohong atau hoaks, tidak juga berita palsu. Tim Cyber 300 akan menautkan pemberitaan dari seluruh media arus utama (mainstream) sebagai data pendukung.
"Pasti. Harus ada tautan berita dari media kredibel. Tribun itu sering kami unggah juga sebagai data pendukung. Tidak mungkin dong, orang-orang tidak percaya sama Tribun? Beda lagi kalau pakai media yang tidak kredibel, kami pasti akan pikir ulang dan cari media lain," urainya.
Dia mengaku bekerja secara profesional walaupun tanpa dibayar oleh tim pemenangan calon presiden. Pria berkacamata itu bahkan mengaku mencari sponsor sendiri.
"Tidak ada dari tim pemenangan. Saya tidak terafiliasi dengan mereka. Saya sama teman-teman bahkan cari dana sendiri," ungkapnya.
Namun, ia tidak memungkiri pendapatannya setara dengan upah minimum regional (UMR) setiap bulannya. Dengan catatan, jika ada pembiayaan dari penyandang dana.
"Kalau ada. Setiap bulan dibayar UMR. Saya tidak memungkiri, butuh makan, butuh pulsa untuk kerja seperti ini. Uang capek lah," lanjutnya.
Hal itu, sudah lebih baik, karena pada akhir 2018 dia harus diberhentikan dari perusahaan tempatnya mencari nafkah. Kehidupan sulit pun ia jalani.
Tak jarang, Donny harus menginap dari satu rumah temannya, ke rumah lainnya.
"Sekarang, alhamdulillah sudah bisa bayar kosan lagi. Sebelum di Cyber 300, hidup saya luntang-lantung," ujarnya.
Kendati demikian, mungkin hal tersebut tidak akan bertahan lama. Proses menjadi Pasukan Udara hanya sampai pada gelaran pilpres usai.