TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono, memberikan pernyataan mengejutkan.
Arief Poyuono menyarankan Partai Demokrat untuk keluar dari koalsisi Indonesia Adil dan Makmur.
Pernyataan ini pun mendapat tanggapan dari Ketum DPP Partai Demokrat serta calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno.
Koalisi Indonesia Adil dan Makmur merupakan pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Arief Poyuono beranggapan bahwa Partai Demokrat memiliki sikap politik yang tidak jelas.
"Demokrat sebaiknya keluar saja dari koalisi Adil Makmur. Jangan elite-nya dan Ketum kayak serangga undur-undur ya, mau mundur dari koalisi saja pakai mencla mencle segala," ujar Arief melalui keterangan tertulisnya, Jumat (10/5/2019) dikutip dari Kompas.com.
Baca: Kubu Prabowo Gantian Serang SBY, Kivlan Zen Sebut Licik, Arief Poyuono Sebut seperti Undur-undur
Baca: Kepolisian Cegat Kivlan Zen di Bandara
Lebih lanjut, Arief menyebut Partai Demokrat juga tidak berpengaruh terhadap perolehan suara Prabowo-Sandi.
Sebaliknya, Arief menyebut Partai Demokrat membuat perolehan suara Prabowo-Sandi turun.
"Monggo keluar aja deh wong enggak ada pengaruhnya menghasilkan suara Prabowo Sandi kok selama in. Malah menurunkan suara," katanya.
Waketum Gerindra tersebut juga beranggapan jika sikap Partai Demokrat yang tak jelas tersebut ada kaitannya dengan kasus korupsi SBY.
SBY dinilai Arief mendapatkan jaminan dari Jokowi.
Kasus korupsi yang dimaksud yakni kasus megaproyek Hambalang yang hingga saat ini belum tuntas.
"Dan saya tahu kok kenapa kayak undur-undur, maklum belum clear jaminan hukum dari Kangmas Joko Widodo bagi keluarga SBY yang diduga banyak terlibat kasus korupsi, kayak kasus korupsi proyek Hambalang," ujar Arief Poyuono.
Namun, Arief yakin jika Jokowi tak akan pernah memberikan jaminan terhadap keluarga SBY.