TRIBUNNEWS.COM - Perempuan itu, Hafshah binti Umar namanya. Ia begitu cerdas membaca, melafalkan, dan menghafalkannya di luar kepala.
Ia merekam jejak-jejak Al-Quran. Menuliskannya pada pelepah kurma, menyalinnya dengan aksara yang lebih terbaca.
Mempertanyakan makna dan maksudnya pada sumber ketiga.
Rasulullah Saw. mengoreksi lembaran demi lembaran, lalu menyebarluaskannya sebagai pedoman seluruh umat manusia.
Siapa Hafshah? Bagaimana kisahnya? Yuk simak tulisan Gana Islamika
Baca: Jangan Lewatkan Malam Nuzulul Quran, Yuk Ikuti Ibadah yang Dilakukan Rasulullah SAW
Al-Quran adalah kitab suci umat Islam. Seluruh umat Islam mengetahui bahwa ia merupakan Kalam Suci Tuhan yang diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Kehadirannya mampu membius manusia untuk setidaknya melirik pada ungkapan-ungkapan di dalamnya.
Beragam apresiasi ditujukan pada Al-Quran, baik apresiasi positif maupun negatif.
Mengeja, melantunkan, menghapal, memaknai, menafsirkan.
Mereka yang terhipnotis menjadikannya sebagai obat bagi kegundahan jiwa, menjalankan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, dan menjadikannya sebagai penuntun dalam kehidupannya.
Kitab ini terus hidup, dihidupkan, sekaligus menghidupkan di dalam sanubari setiap orang melintasi waktu empat belas abad lamanya.
Baca: Jangan Tergoda Gemerlapnya Diskon Mall, Yuk Berdoa, 10 Hari Kedua Ramadan Mustajab Mohon Ampunan
Membincangkan Al-Quran dalam lintasan sejarah, seakan kita berada di ambang samudera tak bertepi.
Setiap jengkalnya mengundang decak kagum yang tak berkesudahan. Di awali dengan peristiwa uzlah Nabi menjelang turunnya wahyu al-Quran di gua Hira, hingga penulisan dan kodifikasi pada masa Umar yang diputuskan pada masa Utsman.
Otentisitasnya yang selalu terjaga, bukan hanya terjaga dalam sanubari para sahabat penghafal al-Quran. Lebih dari itu, karena ada kekuatan Ilahi yang terus mengawal perjalanannya hingga batas waktu yang tak bisa ditentukan.
Proses kodifikasi Al-Quran ini bermula pasca kecamuk perang Yamamah pada tahun 12 H.
Perang antara kaum Muslim melawan orang-orang murtad dari para pengikut Musailamah al-Kadzab ini telah merenggut nyawa para penghafal al-Quran.