“Selama ini kita selalu ngobrol ngalur-ngidul saling membuka aib orang lain sekarang kita puasa telinga kita apabila ada orang yang membicarakan aib,” tuturnya.
Selain itu, mejalani puasa thariqah juga harus menahan pikiran dari pikiran-pikiran kotor.
Prof Nasaruddin kemudian menyampaikan puasa level lebih tinggi lagi yakni pusa haqiqat.
Hal ini disebut puasa menahan hati paling dalam (Lubb) dari segala hal selain Allah Ta’ala, menahan rahasia batin (sirr) dari mencintai memandang selain Allah Ta’ala.
“Tentu orang yang menjalankan puasa ini tidak melanggar apa yang telah dilarang ulama ahli haqiqat. Racun bagi ibadah itu kemushrikan,” imbuhnya.
Bagi ahli haqiqat musyrik bukan sekadar ria, menyaksikan sesuatu selain Allah itu adalah musyrik baginya.
“Kalau ada yang melaksanakan puasa ahlul thariqah jangan pula menepuk dada alhamdulillah saya sudah menjalankan puasa thariqah sebab masih ada puasa haqiqat,” pungkasnya.