TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Selain bangunan sekolah yang nyaris roboh, siswa SDN I Sukalilah, Cibatu, Garut, Jawa Barat juga mendapat gangguan lain. Gangguan tersebut adalah 'serangan' burung dan tikus yang membuang kotoran sembarangan.
Akibatnya, ketika ujian baru berlangsung beberapa menit, beberapa murid terpaksa meminta lembar jawaban baru karena lembar jawaban mereka yang sebelumnya dibagikan pengawas kotor akibat "hadiah" kotoran burung yang bersarang di atap ruang ujian.
Sedikitnya ada empat peserta ujian yang meminta lembar jawaban cadangan kepada pengawas ujian. Akibat kejadian langka tersebut, pihak sekolah dan pengawas meminta murid untuk ekstrahati-hati karena terbatasnya lembar jawaban cadangan.
Bahkan ketika ujian berlangsung, sejumlah murid tampak sibuk melindungi lembar jawaban ujian dengan badan mereka. Sebagian lagi tampak tidak tenang dan sesekali menengok ke bagian atap kelas yang bolong karena khawatir ada burung yang membuang kotoran.
"Ada burung di atap kelas. Enggak tahu burung apa. Tapi kotorannya jatuh mengenai lembar jawaban," kata seorang peserta ujian, Senin (7/5/2012).
Selain serangan kotoran burung, tidak adanya langit-langit sebagai atap kelas juga dikhawatirkan para siswa ketika turun hujan karena kemungkinan air hujan akan langsung merembes dari genting.
Dede, salah seorang pengawas ujian, mengakui di satu ruang ujian saja, ia mencatat sudah ada empat peserta ujian yang meminta lembar jawabannya diganti dengan lembar jawaban baru. Penyebabnya, kata dia, semuanya terkena kotoran burung yang langsung jatuh dari atap kelas yang tidak memiliki langit-langit.
"Atapnya bolong, jadi kalau ada sesuatu dari atap yang jatuh, maka akan langsung mengenai murid," kata dia.
Kepala SDN Sukalilah 1, Ana Suryana, mengatakan beberapa kelas di sekolah yang dipimpinnya tersebut memang sudah rusak sejak beberapa tahun lalu. Namun, ia mengaku tak dapat berbuat banyak untuk memperbaiki kondisi kelas yang rusak tersebut.
"Bahkan peserta ujian ini diungsikan ke kelas yang lebih bagus karena kelas buat ujian kondisinya lebih parah," ujarnya.
Ia mengaku sudah beberapa kali memberitahukan kondisi sekolah tersebut ke Dinas Pendidikan Kabupaten Garut. Namun, kata dia, hingga kini permohonan mereka tak kunjung terealisasi. "Ya, kami berharap Pemkab Garut secepatnya melakukan perbaikan di sekolah kami. Sangat berbahaya bagi anak-anak kalau kelasnya tetap seperti ini," ujar Ana.