TRIBUNNEWS.COM, JEMBER -- Seorang mentor hacker di Jember, sebut saja Adi mengakui, sejumlah anggota Jember Hacker Team (JHT) yang kemampuannya di atas rata-rata telah mendeface ratusan hingga ribuan web. Web milik sejumlah instansi di Jember sebagian besar sudah dimasuki oleh anggota JHT.
Web milik instansi pemerintah, kampus dan sekolah di Jember menjadi ajang pembelajaran mereka dalam perbaikan celah keamanan.
Adi sendiri mengaku sudah insyaf sejak bertahun-tahun lalu dari dunia hacker meski masih tergabung dalam JHT dan menjadi mentor. “Bosan saja mbak, wong selama kuliah kerjaan saya hacking,” jawab Adi sambil tertawa kenapa bisa berhenti.
Dengan keahliannya, ia memilih menjadi seorang pembuat aplikasi alias programer setelah lulus kuliah. Ia akhirnya mengajar dan kini memilih membuat aplikasi dan menjualnya. Aplikasi yang dibuatnya tentu saja untuk kebaikan, salah satunya untuk penunjang pendidikan di sekolah.
Sehingga tidak aneh, di sela-sela perbincangan dengan Surya ketika anggota JHT ngumpul-ngumpul, Adi bertanya pada anggota muda apakah dia sudah membuat aplikasi. Ketika dijawab belum, maka ia akan mendorong agar si anggota bisa membuat aplikasi. “Ayo rek, nggawe (membuat) aplikasi. Satu saja dulu,” dorongnya.
Sementara Budi (sebut saja demikian), salah satu pendiri JHT menambahkan, di JHT ada satu penekanan bagi anggotanya. “Kami tekankan pada anggota tidak boleh menghilangkan data dari web yang di-deface,” ujar Budi.
Si perusak wajah laman juga harus bisa mengembalikan tampilan ke wajah semula. Dan jika bisa mengakses database suatu website, maka tidak boleh menghilangkannya.
Kalau seorang anggota masuk ke laman instansi tertentu, terutama instansi penting seperti lembaga pendidikan ataupun pemerintah, maka sang hacker memberitahu kelemahan keamanan di laman tersebut.
Peringatan disampaikan melalui email. Kalau di forum JHT itu diketahui ada penjaga laman yang dimasuki, maka akan diberitahu dan proses sharing terjadi.(uni/idl)