TRIBUNNEWS.COM, SIGLI - Hasil penyelidikan sementara oleh pihak kepolisian yang menyebutkan kematian T Muhammad Zainal Abidin alias Cekgu (30), kader Partai Nasional Aceh (PNA) Pidie terkait kasus sabu-sabu memicu kemarahan keluarga.
"Penembakan abang saya dilakukan preman politik," tandas T Musliadi (29), adik kandung korban.
Pernyataan yang menyiratkan kekecewaan itu disampaikan T Musliadi kepada Serambi (Tribunnews.com Network), Rabu (1/5/2013) menanggapi keterangan Kabid Humas Polda Aceh, Kombes Polisi Gustav Leo pada jumpa pers di Mapolres Pidie, Selasa (30/4/2013) sore.
Gustav didampingi Kapolres Pidie, AKBP Dumadi SStmk mengatakan, polisi sudah menangkap dua orang tersangka penembak Cekgu, yaitu Munir (33), warga Bungie, Kecamatan Simpang Tiga dan Khairul Ansari (34), warga Gampong Didoh, Kecamatan Mutiara Timur.
"Hasil pemeriksaan polisi, korban ditembak tiga kali saat di dalam mobil Avanza BK 1690 QG. Ini kriminal murni. Isu-isu yang sempat dikaitkan dengan partai tidak ada. Kasus ini erat kaitannya dengan narkotika jenis sabu-sabu," kata Gustav Leo. Ditanya apa motif pembunuhan tersebut, Gustav mengatakan masih dalam pengembangan.
"Kasus itu masih dalam pengembangan polisi. Kita coba melakukan pengungkapan siapa tahu ada motif lain. Untuk sementara kami tangani masalah sabu," lanjut Gustav.
Pernyataan tersebut langsung memicu reaksi keluarga besar Cekgu, sebagaimana disuarakan T Musliadi selaku adik kandung almarhum.
"Polisi harus membuktikan jika abang saya terlibat sabu dengan alat bukti. Jangan main tuduh saja hanya karena abang saya sudah meninggal," kata Musliadi, warga Gampong Waido, Kecamatan Peukan Baro, Pidie.
Menurut Musliadi, pihak keluarga menilai ada upaya pengalihan isu politik ke kasus kriminal murni (sabu-sabu) dan terkesan penyidik mengaburkan fakta di balik meninggalnya korban.
"Ketika dicermati, alur cerita kejadian yang dibeberkan polisi tidak sinkron dengan fakta. Harusnya peristiwa itu diikuti dari awal yaitu sejak masa pilkada. Jangan ditutupi kejadian yang sebenarnya yang berakibat aktor utamanya tidak tersentuh hukum," ujar Musliadi.
"Pihak keluarga berkeyakinan kejadian ini terkait politik, tidak ada hubungan dengan sabu. Penembakan abang saya dilakukan preman politik yang seharusnya diseret ke ranah hukum," lanjutnya.
Pihak keluarga juga menemukan fakta lainnya ketika jenazah korban dimandikan. Diduga kuat korban terlebih dahulu mengalami penyiksaan berat dengan cara diikat kedua tangannya.
"Pada jasad abang saya ditemukan bekas lebam membiru, seperti di bagian hidung dan dada yang diduga akibat pukulan benda keras. Makanya salah kalau dikatakan abang saya langsung ditembak. Polisi harus mengungkap fakta sebenarnya demi penegakan hukum," kata Musliadi.
Seperti diketahui, T Muhammad Zainal Abidin alias Cekgu yang tercatat sebagai salah seorang kader PNA Pidie tewas ditembak secara sadis. Jasad Cekgu ditemukan di dalam mobil Avanza BK 1690 QG miliknya di aliran Krueng Tiro, di pinggir lapangan sepakbola Pertamina, Gampong Sagoe, Kemukiman Beureueh, Kecamatan Mutiara, Jumat 26 April 2013 menjelang subuh sekira pukul 04.00 WIB.
Dugaan bahwa pembunuhan Cekgu terkait politik juga pernah disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Nasional Aceh (DPP PNA), Irwansyah.
"Dia mantan kombatan GAM yang kini bergabung dengan PNA. Dia salah seorang kader terbaik kita dan pada bulan Mei tahun ini dijadwalkan akan diangkat (dipilih) sebagai Ketua Satgas PNA Pidie," kata Irwansyah kepada wartawan di sela-sela melayat ke rumah duka, Jumat 26 April 2013.
Irwansyah yang lebih dikenal dengan panggilan Muksalmina menegaskan, meninggalnya Cekgu merupakan kasus teror lanjutan yang menimpa PNA dan kadernya. Dia menyerukan agar melawan aksi teror menjelang pemilu legislatif 2004.
"Ini merupakan teror yang dilakukan preman politik, PNA harus menang melawan teror tersebut," katanya.(naz)