News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ribuan Pelajar Sumedang Tak Melanjutkan Sekolah

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hamzah anak putus sekolah sedang mencuci pasir untuk mendapatkan pasir timah di pesisir Pantai Sampur, Air Itam Pangkalpinang, Minggu (2/6/2013). Dalam sehari ia mampu mencari timah rata-rata 5 hingga 10 ons, yang kemudian dijual dengan harga Rp. 7000 ribu per ons. (BANGKA POS/RESHA JUHARI)

TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG - Ribuan pelajar yang lulus SMP dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) tak akan tertampung di SMA dan SMK yang ada di Sumedang. Bahkan diduga ribuan pelajar SMP dan MTs itu memang tidak berniat melanjutkan sekolah ke SLTA. Mereka kemungkinan memilih bekerja untuk membantu orang tuanya.

"Kami belum punya data resmi tentang jumlah siswa yang tak akan melanjutkan ke SLTA," kata Kepala Dinas Pendidikan Sumedang, Herman Suryatman, kepada Tribun melalui sambungan telepon, Minggu (2/6/2013).

Herman mengatakan lulusan SMP di Sumedang mencapai 13.568 orang. Sedangkan lulusan MTs sekitar 2.900. Secara keseluruhan lulusan SMP dan Mts di Sumedang tahun ini mencapai 16.468 orang.

Sedangkan daya tampung SMA dan SMK di Sumedang, kata Herman, hanya untuk 9.774 orang. Sehingga hampir 40 persen atau sekitar 7 ribuan siswa, dipastikan tak melanjutkan sekolah atau tidak tertampung.

"Kalau melihat jumlah lulusan SLTP yang lebih besar dari lulusan SLTA, maka dipastikan ada ribuan pelajar tingkat SMP dan Mts yang tak bisa ditampung di sekolah lanjutan atas di Sumedang," ujar Herman.

Namun menurut Herman, sangat mungkin pelajar Sumedang melanjutkan ke luar Sumedang. "Misalnya pelajar warga Jatinangor atau Cimanggung melanjutkan SMA ke Bandung," katanya.

Di Sumedang, menurut Herman, angka siswa SMP dan Mts tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi masih tinggi. Di Kecamatan Tanjungsari, ujar Herman, kebanyakan anak usia sekolah memilih pekerja di rumah-rumah produksi yang memproduksi combro kering (comring). "Di kawasan kaki Gunung Manglayang itu banyak industri rumah tangga pembuat comring," kata Herman.

Selain Tanjungsari, lulusan SMP dan MTs yang memilih tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi terjadi di Kecamatan Cisarua, Cimalaka, dan di Jatigede.

"Banyak anak yang lulus SMP memilih bekerja menjadi pedagang mie rebus di Jakarta," ujar Herman. (std)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini