TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Ribuan orang mnedatangi PT Megatop, perusahaan penambangan pasir besi yang berada di bibir pantai Cianjur Selatan atau tepatnya di Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Selasa (25/6/2013). Massa menolak keberadaan perusahaan penambangan pasir besi di daerah itu karena merusak lingkungan dan tatanan masyarakat setempat.
Aksi pun berujung bentrok antara pendemo dan aparat kepolisian Cianjur yang berjaga di lokasi. Sejumlah kendaraan dan fasilitas milik perusahaan dirusak massa. Empat pendemo mengalami luka diduga terkena tembakan peluru karet yang dilepas aparat untuk membubarkan massa.
Ahmad Anwar (25), warga Kecamatan Sindangbarang, mengatakan, seorang pendemo bernama Nana Delu, warga Cikamurang, Kecamatan Cidaun, mengalami luka di bagian dada. Diduga luka tersebut akibat tertembak peluru karet dari pihak aparat kepolisian.
"Berdasarkan informasi, dia tukang cuci mobil di Kecamatan Cidaun. Dan dia sekarang dirawat di Puskesmas Sindangbarang," kata Ahmad, yang juga tokoh pemuda Cianjur Selatan, kepada Tribun melalui ponsel, kemarin.
Ahmad mengatakan, demo itu dilakukan untuk menutup dan menghentikan kegiatan PT Megatop. Menurut dia, eksploitasi pasir besi yang dilakukan PT Megatop, selain merusak lingkungan, juga merusak tatanan masyarakat Cianjur Selatan. Anehnya, kata Ahmad, aparat kepolisian tak kuasa melakukan tindakan yang tegas.
"Setali tiga uang, pemda seolah bertekuk lutut di hadapan rupiah dari kejahatan lingkungan Megatop," kata Ahmad.
Petugas Puskesmas Sindangbarang yang enggan disebutkan namanya membenarkan adanya korban luka tembak saat demo tersebut. "Iya betul, ada yang dirawat di klinik. Kondisinya tidak apa-apa. Tapi tidak tahu kenapa penyebabnya," kata petugas sedikit takut, ketika dihubungi Tribun melalui ponselnya.
Hal senada dikatakan tokoh masyarakat Kecamatan Cidaun Asep Samudera. Ia membenarkan adanya beberapa pengunjuk rasa yang mengalami luka diduga tertembak peluru aparat kepolisian. Selain itu, puluhan lainnya mengalami luka memar akibat terkena pukulan.
"Ada empat orang yang mengalami luka akibat tertembak aparat, satu di antaranya tertembak di bagian dada dan ada juga yang terluka di bagian kepala dan kaki," ujar Asep ketika dihubungi Tribun melalui ponsel.
Asep mengatakan, aksi tersebut diikuti ribuan warga yang berasal dari empat kecamatan di wilayah Cianjur Selatan, yaitu Kecamatan Cidaun, Sindangbarang, Agrabinta, dan Naringgul. "Ada sekitar lima ribu orang yang mendatangi perusahaan," kata Asep.
Asep menuturkan, unjuk rasa itu dimulai sekitar pukul 08.00. Massa berkumpul di daerah Sindangbarang. Kemudian ribuan warga mulai bergerak dengan menggunakan berbagai jenis kendaraan menuju lokasi penambangan pasir besi milik PT Megatop di Cidaun.
Setibanya di lokasi, kata Asep, ribuan orang tersebut tiba-tiba terlibat bentrokan dengan petugas kepolisian yang berjaga. Massa yang tidak terkendali tersebut, kata Asep, merusak dua buah kendaraan roda empat, sebuah mesin pengeruk dan dua buah gudang milik PT Megatop.
Kapolres Cianjur, AKBP Dedy Kusuma Bakti, membantah terdapat korban luka tembak, baik akibat peluru tajam maupun peluru karet, ketika ribuan warga melakukan demo.
"Tidak benar itu. Tidak ada yang terkena tembakan dari polisi. Hanya memang ada korban luka sebanyak tiga orang yang dirawat di Puskesmas Sindangbarang," kata Dedy ketika dihubungi Tribun melalui ponselnya.
Menurut Dedy, ketiga pendemo itu hanya mengalami luka lecet dan sudah pulang ke kediaman masing-masing. "Saya sudah bertemu dengan ketiganya. Saya ajak ngobrol dan ketiganya sudah pulang semuanya. Memang benar saya dapat informasi tiga pendemo kena tembak. Karenanya saya datangi ke puskesmas," kata Dedy.
Dedy mengatakan, unjuk rasa berakhir pukul 14.15. Kondisi dan situasi di lapangan pun langsung kondusif. Namun ia tak menampik terjadinya tindakan anarkistis ketika demo berlangsung. "Sebanyak 15 anggota kami mengalami luka dan sebuah mobil anggota rusak parah akibat lemparan batu," kata Dedy. "Tidak ada mesin yang dibakar oleh massa. Hanya ban yang dibakar oleh massa dan pagar mengalami rusak akibat didorong."
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cianjur, Saep Lukman, mengaku prihatin dengan adanya kabar dugaan korban tembak yang dialami empat pendemo di PT Megatop, Desa Sukapura, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, kemarin. "Warga sudah lama melakukan protes terkait tambang pasir besi di Cianjur Selatan," kata Saep kepada Tribun melalui ponselnya.
Menurut dia, adanya penambangan pasir secara besar-besaran itu mengakibatkan puluhan kilometer jalan di Kabupaten Cianjur rusak. Itu disebabkan truk-truk tronton yang mengangkut pasir besi melebihi tonase. "Paling parahnya penambangan pasir itu merusak sejumlah situs pantai di wilayah tersebut sehingga mengancam perubahan lingkungan pantai," kata Saep.
Kepala Bidang Hubungan Kemasyarakatan (Kabid Humas) Kepolisan Daerah Jawa Barat (Polda Jabar) Kombes Pol Martinus Sitompul menegaskan tidak ada korban luka tembak pada unjuk rasa di wilayah Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, sekitar pukul 11.00, kemarin.
Pada unjuk rasa itu, tercatat 15 anggota kepolisian mengalami luka terkena lemparan batu, sedangkan tiga orang dari massa dilarikan ke Puskesmas di Wilayah Sindangbarang.
"Isu yang berkembang, bahwa ada pengunjuk rasa yang tertembak peluru tajam, itu tidak benar. Fakta yang sesuai dengan hasil pengecekan di Puskesmas Sindang Barang, ada tiga orang yang luka. Atas nama Tibyan, Asep, dan Mustopa. Ketiganya, sudah diperbolehkan pulang. Lukanya ada yang di dada, tangan, pinggang, lecet-lecet," kata Martinus saat dihubungi Tribun.
Kabid Humas mengungkapkan, sampai dengan sekitar pukul 17.30 kemarin, tidak ditemukan adanya korban luka tembak peluru tajam. "Untuk membubarkan massa petugas Polri menggunakan tembakan peringatan dengan gas air mata dan peluru karet. Bukan peluru tajam," ujar Kabid Humas. (cis/dic)