Laporan Wartawan Pos Kupang, Fredy Hayong
TRIBUNNEWS.COM, ATAMBUA - Petani di Belu khususnya dan Nusa Tenggara Timur (NTT) umumnya yang tengah mengembangkan tanaman sorgum (gandum) tidak perlu resah soal pemasarannya. PT Bogasari yang merupakan pabrik tepung dan mie terbesar di Indonesia siap membeli hasil, tentu dengan memperhatikan kualitas dan harga yang wajar. Untuk itu, petani di NTT mengembangkan terus tanaman sorgum dan pemerintah punya cita-cita suatu ketika NTT bisa menjadi gudang produksi sorgum nasional jika petani tekun menanam dan memeliharanya.
Hal ini diutarakan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, usai melakukan panen raya sorgum di atas lahan kelompok tani seluas 350 hektar di Desa Naresa, Kecamatan Tasifeto Barat, Belu, Sabtu (24/8/2013). Hadir saat itu, Direktur Utama PT Pertamina, Karen agustiawan; Dirut Batan Teknologi, Ir. Yudi Utomoimardjoko, Ph.D; Dirut PT Askes, Wakil Bupati Belu, Taolin Ludovikus, BA, unsur Forkompimda Belu, pimpinan SKPD dan warga Desa Naresa.
Dahlan mengungkapkan, salah satu kekhawatiran yang kerap melanda petani dalam mengembangkan produk yang ditawarkan adalah soal calon pembeli. Di mana-mana ketika suatu program dicanangkan tentu permasalahan lanjutan mengenai ke mana hasil produksi dijual. Berkenaan dengan program penanaman sorgum di Belu khususnya dan di NTT umumnya nanti, jelas Dahlan, petani tidak perlu gelisah. Konsentrasi petani saat ini adalah bagaimana memanfaatkan lahan yang ada untuk menanam sorgum karena calon pembeli sudah siap membeli.
"Kami tidak sekadar mencanangkan program penanaman sorgum di daerah ini. Tanamlah sebanyak-banyaknya sesuai kemampuan lahan. Soal calon pembeli sudah ada di mana PT Bogasari, yang merupakan pabrik tepung dan mie terbesar di Indonesia, siap membeli hasil panen sorgum dari petani. Saat ini tim teknis lapangan dari PT Batan Teknologi siaga selalu mendampingi petani mengenai teknis penanaman sorgum dengan hasil yang berkualitas," kata Dahlan.
Dahlan menambahkan, pendampingan yang dilakukan PT Batan Teknologi dia meyakini program penanaman sorgum di Belu dapat berjalan sukses dan bisa menjadi gudang produksi sorgum nasional. Tinggal saja kemauan warga untuk bekerja keras agar sorgum bisa tumbuh dengan baik di setiap lahan pertanian yang ada.
"Tim Batan Teknologi telah melihat di bawah tanah ini ada sumber air yang kalau diberikan sentuhan sistem teknologi maka dapat mendukung proyek sorgum ini. Kalau tanaman sudah tumbuh baik seperti ini maka sekarang soal bagaimana teknis di lapangan mengusir burung. Karena biji sorgum kalau ditutup dengan plastik kalau dalam ribuan hektar maka akan sangat sulit memasang plastik. Saya minta tim dari Batan Teknologi untuk memikirkan teknis lapangannya. Saya juga lihat dukungan dari PT Pertamina juga cukup baik apalagi sekarang dari PT Askes juga siap mendukung program sorgum ini," jelas Dahlan.
Terkait dengan kesiapan PT Bogasari, Menteri Dahlan menghadirkan perwakilan dari Bogasari untuk menyampaikan kepada warga. Perwakilan Bogasari menyampaikan kalau pabrik produksi sudah disiapkan, termasuk gudang penyimpanan, pengemasan, tinggal menunggu pasokan sorgum dengan tetap memperhatikan kuantitas, kualitas dengan harga kompetitif.
Bupati Belu, Drs Joachim Lopez dalam sekapur sirihnya menyampaikan warga merespons positif program sorgum untuk dikembangkan di Belu. Menindaklanjuti pencanangan yang dilakukan menteri BUMN pada Januari 2013 lalu, Pemda Belu menyiapkan lahan seluas 325 hektar (ha) untuk penanaman sorgum. Dari luas lahan yang ada, kini luas lahan 110 Ha sudah menghasilkan dan direncakan Oktober mendatang bisa dipanen.
"Program ini luar biasa bukan dari sisi ekonomis saja tapi hal mendasar terobosan telah terjadi yakni perubahan pola pikir masyarakat. Selain sudah merubah pola pikir, juga sudah merubah perilaku etos kerja. Kedepan tetap kita dorong," ujarnya.
Dirut Batan Teknologi, Yudi mengatakan, pihaknya telah melaksanakan tugas dari BUMN dengan program bina lingkungan yang diharapkan PT Pertamina. Jika saat ini program penanaman sorgum berjalan baik, maka ke depan akan dikembangkan lagi di lahan seluas 200 ha dalam mendukung program bina lingkungan dari PT Askes. Jika terlaksana dengan baik maka pada Desember 2013 sudah bisa dipanen hasilnya.
"Memang masyarakat awalnya merasa sulit tapi sekarang sudah berjalan baik. Semoga kehadiran proyek ini berjalan baik dan bergulir berkesinambungan di Belu," harap Yudi.