Laporan Wartawan Surya,Sudarmawan
TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Untuk menerik simpati para pemilih, sebanyak 7 orang Kelompok Penyelenggaran Pemungutan Suara (KPPS) di Tempat Pemungutan Suara (TPS) V Dusun Jirem, Desa Lembah, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun menggunakan pakaian adat jawa dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur yang dilaksanakan, Kamis (29/9).
Usaha penggunaan pakaian basahan Jawa itu, selain menarik simpati parah pemilih, juga untuk mempertahankan budaya Jawa sekaligus untuk mengurangi angka golput di kampung itu.
Hasilnya, dengan usaha penggunaan pakaian adat dan mendekor rumah Boiran itu untuk TPS dengan suasana layaknya rumah Jawa yang dilengkapi keber kayu serta kursi-kursi kayu serta taman buatan layaknya acara pesta pernikahan mampu menarik pemilih untuk datang ke TPS dan menggunakan haknya hingga 75 persen.
Tidak hanya itu, sebanyak 4 saksi hadir di TPS V itu. Padahal, di sejumlah daerah lainnya biasanya saksi yang hadir hanya 3 dari pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, tanpa saksi dari pasangan nomor urut 2 jalur independet Eggi Sudjana dan Mohammad Sihat.
Ketua KPPS TPS V, Mariyadi mengatakan jika upaya maksimal secara swadaya penggunaan pakaian adat untuk 7 petugas KPPS dan 2 orang Linmas itu, selain menarik simpati warga, juga untuk mempertahankan budaya Jawa, sekaligus untuk mengurangi angka golput dalam Pilgub Jatim. M
eski membutuhkan uang sekitar Rp 3 juta untuk menyewa pakaian dan sarana lain pelengkapnya, namun tak menyurutkan niat petugas KPPS di TPS V itu. Apalagi, masih ada sumbangan warga sekitar untuk memeriahkan acara pemilihan itu.
"Kalau untuk mendekornya membutuhkan waktu sekitar 2 hari. Tetapi, kalau didandani menggunakan pakaian adat basahan Jawa ini sudah sejak pagi-pagi buta lantaran banyak yang harus didandani menggunakan pakaian seperti ini," terangnya kepada Surya, Kamis (29/9).
Selain itu, Mariyadi mengungkapkan karena menggunakan pakaian Jawa itu terbukti mampu menarik pemilih di kampungnya. Dari sebanyak 412 Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPS itu yang hadir mencapai sekitar 75 persen pemilih.
Sisanya yang tak bisa hadir itu adalah para pemilih yang bekerja sebagai TKW dan TKI di luar negeri serta para pemuda yang bekerja di luar Jawa yang tidak cukup sehari untuk pulang ke kampung halamannya.
"Bukan hanya masalah unik pakaiannya, tetapi bagi kami siapa pun calon Gubernur yang menang warga Lembah memiliki sumbangsih untuk mensuksesnya pelaksanaan Pilgub Jatim yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali ini," ungkapnya.