TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara, terus bertambah menjadi 14.991 jiwa.
Padahal, ancaman erupsi Gunung Sinabung masih kecil. Intensitas dan besaran letusan jauh lebih kecil dibandingkan erupsi pada 2010 silam. Namun, pengungsi terus membengkak.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, ada faktor-faktor sosial, ekonomi, dan teknis, yang menyebabkan pengungsi terus bertambah.
Sejak Rabu (18/9/2013) hingga sore, Gunung Sinabung mengeluarkan asap putih keabuan. Berdasarkan rapat koordinasi dan evaluasi Posko Tanggap Darurat erupsi Gunung Sinabung, Rabu, total pengungsi hingga pukul 17.00 WIB, berjumlah 14.991 orang.
"Untuk memerlancar koordinasi dan distribusi bantuan, titik pengungsian akan diperkecil, dari 26 titik menjadi 16 titik pengungsian. Semua dipusatkan di Kabanjahe," ujar Sutopo, lewat keterangan pers yang diterima Tribunnews.com, Rabu.
Ke-16 titik pengungsian, lanjutnya, adalah Jambur Sempakata (2.308), Klasis GBKP (800), GBKP Kota/Gedung KKR (1.200), GBKP Kota/Gedung Serbaguna (239), Masjid Istikar Barastagi (310), Masjid Agung (182), Zentrum (339), GBKP Simpang VI (220), Paroki (50), Jambur Adil Makmur (1.904), Jambur Haloho (1.600), Jambur Dalihan Na Tolu (1.406), Jambur Pulungan (1.900), Jambur Payung (1.500), KWK Berastagi/Perempuan (537), dan Klass Berastagi/Laki-laki (496).
Proses pembagian pengungsi di 16 titik, papar Sutopo, berlangsung sampai besok pagi. Karena, 75 persen dari pengungsi bekerja di ladang, dan akan kembali ke tempat penampungan pada sore hari.
"Untuk memperlancar informasi dan komunikasi pada masa tanggap darurat, Kodam I Bukit Barisan membagikan perangkat komunikasi berupa 16 buah HT (HandyTalk) kepada setiap koordinator pengungsi," tutur Sutopo.
Pemkab Karo, Sutopo menyarankan, perlu menangani pengungsi dengan memberikan kebutuhan dasar. Sosialisasi juga harus segera disampaikan ke masyarakat, agar mereka yang tinggal di daerah yang aman, tidak perlu mengungsi.
"Pengungsi yang selalu dinamis bergerak dan pulang pergi, menyebabkan kendala dalam pendataan," cetusnya. (*)