TRIBUNNEWS.COM -- SEBUAH bangkai taksi diletakkan di atas Tugu Maut Bengabing, Desa Pasar Bengkel, Perbaungan, Serdangbedagai. Rongsokan taksi yang dicat kuning itu sebagai pengingat agar pengemudi berhati-hati saat melintasi tikungan maut yang disebut simpang Bengabing tersebut.
Lokasi maut ini disebut simpang Bengabing, karena sekitar 1 km ke dalam akan ditemui Desa Bengabing, Kecamatan Pegajahan.
Namun Tugu Maut ini kerap diabaikan pengemudi ugal-ugalan. Aripin (27), warga Desa Pasar Bengkel yang rumahnya tepat di depan di tikungan maut Bengabing, mengatakan sudah banyak korban tewas dalam kecelakaan di sana.
Bahkan katanya pernah terjadi kecelakaan yang menewaskan tujuh korban lebih di lokasi tersebut. "Gak tahu lagi aku tahun berapa, tapi dulu pernah ada sekeluarga yang naik mobil pribadi tewas di sini. Banyaklah pokoknya sampai ada yang hancurpun. Kalau di Sergai ini memang inilah tikongan paling tajam," ujar Arifin.
Ia menceritakan biasanya sebelum terjadi kecelakaan besar, warga terlebih dahulu diberi tanda suara suara mahluk halus. Menurutnya itu menandakan kalau tidak lama kemudian akan ada kejadian kecelakaan yang menewaskan orang.
"Kalau kecelakaan sepeda motor, yah sudah gak terkira lagi lah. Di sini itu biasanya, ya kalau mau ada kecelakaan orang mendengar suara. Kalau suara tangisan anak bayi atau suara perempuan sudah seringlah di sini, itu tanda memang. Tapi kalau yang kecelakaan ini, aku gak tahu," kata Arifin.
Ia mengatakan sebelum kecelakaan Bus Pinem, 11 Desember 2012 lalu Bus Sentosa juga menabrak rumah tetangganya karena terlalu kencang saat melintas dari arah Tebingtinggi menujuĀ Medan.
"Sudah adanya sebenarnya tanda di sini kurangi kecepatan tapi gak mau juga orang pelan-pelan. Mobil yang dinaikkan ke atas tugu itukan sudah tanda sebenarnya kalau di sini rawan kecelakaan," kata Arifin.
Fauzul Azmi (30), warga Desa Jaharun B, Kecamatan Galang Deliserdang mengaku tahu cerita bangkai mobil yang diletakkan di atas Tugu Maut Bengabing itu.
"Mobil yang ada di atas tugu itu taksi sebenarnya. Sopirnya itu tetanggaku. Dulu kami tinggal di Desa Sei Karang, Galang, Deliserdang. Namanya itu Toman, dia ninggal sekitar usia 30 tahun itu," kata Fauzul.
Alumni Fakultas Hukum UISU itu menyebutkan kecelakaan yang menewaskan Toman terjadi 1985. Sebelum meninggal, Toman sempat singgah ke rumahnya.
"Aku dulu masih kecil. Dia itu suka kali menciumi aku. Masih lajang dia itu. Kalau keluarganya sudah gak tahu lagi memang. Dia meninggal karena tabrakan dengan mobil tangki. Di tempat itulah dia,"ujar Fauzul.
Tugu Maut ini sudah berulang kali mengalami perubahan. Warga setempat menyebut bangkai mobil di atas tugu sudah pernah dicat.(Indra Gunawan Sipahutar)