Laporan Tribunnews Batam, Anne Maria Silitonga
TRIBUNNEWS.COM BATAM, - Ada yang menarik ketika pelaksanaan penanaman 2.000 pohon trembesi bertajuk Batam Eco Care II. Agenda ini merupakan karya bakti TNI bersempena HUT Ke-68 TNI bersama Gempita, LAM, Pemko Batam dan tokoh masyarakat Batam, Sabtu (12/10/2013) di Mega Legenda, Batam.
Dalam kegiatan yang diikuti oleh kalangan SKPD dan organisasi profesi, seperti keguruan itu terlihat ramai membincang-bincangkan perseturuan antara PGRI dan anggota DPRD Kota Batam, Udin P Sihaloho.
Warung makan pun dijadikan lokasi anggota PGRI yang waktu itu ikut serta, sebagai ajang diskusi mengenai kasus mereka dengan Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Batam itu.
Mereka yang kebanyakan guru-guru perempuan itu terlihat saling menceritakan pengalamannya masing-masing saat bertemu Udin yang sedang melakukan sidak.
Mereka pun terlihat bercerita-cerita dengan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam, Zarefriadi yang juga mantan sekretaris Dinas Pendidikan Kota Batam itu.
"Saya juga pernah itu Pak sekolah di datangi dia (Udin). Main masuk saja, nggak ada salam, nggak ada ngomong. Giliran saya tanya baik-baik, bapak dari mana? Ada keperluan apa? Malah balik dia memarahi saya. Jadi ibu nggak kenal saya? Ibu nggak tahu saya," cerita salah seorang guru wanita berjilbab itu kepada Zaref dan rekan-rekannya yang lain, di salah satu rumah makan di Mega Legenda, Batam, di sela-sela Batam Eco Care II.
Tak mau kalah, guru yang lain pun ikut membuka cerita yang terlihat serupa kepada mereka sesama tenaga pendidik. Nampak seru, kala itu Zaref sendiri terlihat tidak banyak berkomentar dan mengangguk-anggukan kepala saja.
Ketika mereka sudah keluar dari rumah makan itu, dua orang guru yang ditemui Tribun, justru enggan mengomentari lagi apa yang telah mereka perbincangkan sebelumnya. Sambil takut-takut, keduanya malah menyerahkan semuanya kepada ketua PGRI.
"Kita sudah serahkan semua untuk ditangani ketua," kata seorang guru yang mengenakan jilbab merah itu tanpa bersedia berbicara banyak.
Berbeda dengannya yang terlihat tak mau berbicara, salah seorang guru lain yang mengenakan jilbab pink justru dengan terang-terangan mengatakan bahwa para guru yang berkumpul tadi merupakan guru yang punya pengalaman buruk dengan Udin.
"Semua yang bercerita itu rata-rata punya pengalaman lansung dengan dia (Udin). Tapi yah begitulah dia, tadi sudah dengerinkan obrolan tadi? Kurang lebih begitulah. Apa yang dibilangkan dalam koran itupun seperti yang di bicarakan tadi. Artinya obrolan tadi tidak dilebih-lebihkan, memang begitulah dia itu," kata guru bertubuh gemuk itu.
Sementara itu, di tempat yang bersamaan, Wakil Wali Kota Batam, H Rudi SE MM yang dimintai tanggapannya mengenai polemik Disdik versus Komisi IV itu mencoba meluruskan persoalan.
"Biar saya luruskan ya. Saya ini Wakil Wali Kota, Disdik itu jajaran di bawah saya. Kalau saya mau turun langsung ke sana tidak perlu melampiri surat apapun, karena itu bawahan saya langsung. Nah, di satu sisi saya juga kepala daerahkan? Inikan daerah saya, lantas kalau tiba-tiba saya datang ke kantor Imigrasi itu boleh tidak?" kata Rudi mencoba menganalogikan persoalan yang ada.
Menurut mantan anggota DPRD itu, sah-sah saja dewan melakukan sidak, asalkan dalam aturan dan ketentuan yang ada.
"Dalam aturan kira-kira itu bisa nggak? Tatiblah minimal. Tatib kan yang buat mereka, yah ikutilah. Di luar DPRD, kita punya UU yang harus diikuti. Itukan (sekolah) rumah mereka sendiri, tentu punya aturan sendiri. Kalau kamu punya rumah, boleh nggak semua orang bebas masuk? Bahkan polisi saja, kalau mau masuk bawa surat perintah kan," tegas Wakil Wali Kota Batam, H Rudi SE MM menyikapi.