TRIBUNNEWS COM SANGGAU - Kelangkaan dan mahalnya gula pasir di pasaran tak hanya berdampak bagi masyarakat luas, tapi berdampak pada golongan menengah ke atas. Seperti yang dirasakan Ketua Komisi A DPRD Sanggau, Fillipus Effendi.
"Ya, mengakalinya kalau mau buat minum pakai susu biar manis. Kalaupun mau ngopi ya pakai kopi sachet," ujarnya ditemui di Sekretariat DPRD Sanggau, Kamis (17/10/2013).
Fillipus menilai akar masalah dari semua ini karena pemerintah pusat masih tak memikirkan daerah. Buktinya, ia menilai selama ini Kalbar terutama Sanggau tak pernah terjadi kelangkaan gula.
"Karena gula itu kan selama ini masuk dari seberang (Malaysia). Solusinya mau cepat ya, Border Entikong difungsikan untuk pelabuhan darat. Karenakan selama inikan pelabuhan di Jakarta," ujarnya.
Dikatakan, sebenarnya cukup mudah untuk memenuhi kebutuhan gula di Kalbar. Namun, karena, pemerintah pusat tak terlalu memikirkan kesejahteraan perbatasan sehingga seolah dipandang sebelah mata.
Menurutnya, jika memang aktivitas perdagangan itu tak resmi harusnya pusat yang membuat aturan agar itu resmi. Itulah menurutnya, pentingnya pusat membuat regulasi untuk meresmikan itu.
"Kalau memang diizinkan (gula impor masuk), tinggal pengawasan diperketat. Siapa saja pengusaha yang diperbolehkan, berapa yang boleh masuk. Inikan terkait keberpihakan pusat ke daerah saja," ungkapnya.