TRIBUNNEWS.COM GARUT - Walaupun anggaran belanja sektor pendidikan mendapat porsi terbesar dari APBD Kabupaten Garut dan sumber anggaran lainnya, indeks pendidikan Garut masih terbilang rendah dibanding indeks kesehatan dan daya beli.
Bupati Garut Agus Hamdani, mengatakan rendahnya pertumbuhan indeks pendidikan di Kabupaten Garut ini disebabkan oleh rendah atau lambannya pertumbuhan angka rata-rata lama sekolah.
"Anggaran belanja kami untuk sektor pendidikan memang yang terbesar. Namun ternyata tidak membuat indeks pendidikan lebih tinggi dibanding indeks kesehatan dan daya beli masyarakat," ujar Agus, Sabtu (19/10).
Menurut Agus, dalam rentang waktu 2009-2013, indeks pendidikan di Kabupaten Garut hanya terjadi peningkatan sebesar 1,08 poin. Dari 81,92 poin di tahun 2008, kemudian diproyeksikan meningkat menjadi 83,01 poin pada 2013.
Penyebab atau permasalahan mendasar penghambat peningkatan angka rata-rata lama sekolah, menurut Agus, adalah cara penghitungan angka rata-rata lama sekolah yang diukur berdasarkan jumlah tahun belajar penduduk berusia 15 tahun ke atas. Angka ini dihitung dari jumlah warga yang telah menyelesaikan pendidikan formal, ditunjukan dengan ijasah tertinggi.
Sedangkan berdasarkan komposisi penduduk Kabupaten Garut, kata Agus, umumnya warga yang tidak memiliki ijazah berada pada kelompok umur yang relatif sudah tua dan tidak bisa lagi melanjutkan program-program pendidikan.
Namun Agus mengatakan pencapaian angka melek huruf (AMH) Kabupaten Garut saat ini berada pada angka 99,28 persen. Angka ini merupakan angka pencapaian yang hampir mendekati maksimal.
"Selain harus ditunjang oleh peningkatan kuantitas pendidikan, yakni masalah fasilitas pendidikan, harus ditunjang juga oleh peningkatan kualitas pendidikan. Dimulai dengan kualitas pengajarnya," kata Agus. (sam)
---