Seperti yang diungkapkan caleg dari Partai Gerindra, Sahli Saidi. Menurut dia, takdir dan nasib sudah ada yang menentukan dan mengaturnya. Bukan makam atau tempat keramat yang disebut-sebut menjadi tempat mujarab untuk mendapatkan hal yang diinginkan.
"Cukup dengan ikhtiar dan doa. Kalau ke ajengan hanya minta nasihat terutama meminta petunjuk berdoa dengan cara benar. Sebetulnya yang terpenting itu turun dan bermasyarakat saja," kata Sahli ketika berdiskusi dengan Tribun, belum lama ini.
Hal senada juga dikatakan caleg DPRD Kabupaten Cianjur dari Partai Golkar, Yati Suryatiningsih. Ia mengaku tak percaya dengan hal tersebut. Menurut dia, jadi atau tidaknya menjadi anggota legislatif itu merupakan kehendak Tuhan.
"Kalau saya pasrah saja tidak perlu seperti itu. Karena itu semua yang mengatur adalah Tuhan. Yang terpenting terjun ke rakyat," kata Yati di kediamannya, baru-baru ini.
Di Cirebon, juru bicara situs keramat Mbah Kuwu Santang, M Tohir, menyebutkan, Bupati Cirebon Dedi Supardi merupakan salah satu pejabat yang rajin datang ke situs keramat Mbah Kuwu Sangkan. Bukan sekadar berdoa, Dedi juga memperhatikan bangunan situs tersebut.
"Pak Dedi membantu membangun masjid di situs ini. Itu masjid warna hijau di sebelah barat situs, Pak Dedi yang membangun," kata M Tohir.
Menurut Tohir, Dedi memang rajin datang ke situs tersebut. Malah sebelum menjadi bupati sekalipun, Dedi sudah rajin datang.
"Ketika masih jadi sekda selalu datang ke sini. Berdoa, sehingga akhirnya menjadi bupati," ujarnya.
Setelah menjadi bupati, kata Tohir, Dedi juga tak melupakan situs Mbah Kuwu Sangkan. Bangunan situs diperhatikan, malah ditambah masjid ukuran besar di sebelah barat situs. Dedi juga beberapa kali menggelar acara di area masjid tersebut, salah satunya adalah santunan anak yatim pada 2011.