TRIBUNNEWS.COM BANDUNG, - Di hari ke-67 menjabat Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil makan malam bersama Mak Onih (74) di Gang Pajajaran 1 RT 01, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.
Untuk sampai ke rumah Mak Onih yang berlokasi di gang sempit, Emil --panggilan akrab Ridwan Kamil-- berjalan sejauh 200 meter menelusuri gang yang agak gelap.
Sesampai di rumah Mak Onih, Emil bersila karena tak ada kursi tamu.
Menu yang disuguhkan nasi kurupuk, jengkol, telur dadar, ikan asin sepat. "Punten sa ayana pak wali tuangna da kumaha ayana kieu," ujar ibu beranak tujuh.
Selain Mak Onih, dua perjabat ikut makan bareng, Camat Cicendo Asep Gifron dan Ketua BKKBN Popong. Selama makan puluhan warga berdesakan menonton di pintu rumah dan di balik jendela kaca.
Rumah Mak Onih berukuran 3 x 8 meter tanpa jendela terbuka dan tanpa kursi dan meja, sehingga Emil duduk di lantai. Emil pun lahap makan jengkol, bahkan nambah. "Boleh kan saya tambah jengkolnya," tanya Emil.
Mak Onih selama makan banyak diam, sehingga wali kota yang bertanya terus menerus. Mulai dari kesehatan sampai bertanya anak-anak dan cucu. Mak Onih hanya bisa menghafal memiliki anak 7 orang sedangkan cucu tak hafal berapa jumlahnya.
Makan malam dengan warga kurang mampu bagi Emil untuk kedua kalinya. Menurut Emil makan bersama keluarga kurang mampu sangat berkesan karena bisa mendengarkan keluhan dan masalah yang ada.
"Masalah yang dihadapi warga kurang mampu yang dua keluarga yang dikunjungi masalah utang," ujar Emil seperti dilaporkan Tribun Jabar (TRIBUNnews.com Network).
Secara kebetulan, dua keluarga yang dikunjungi Emil memiliki masalah yang sama tidak bisa membayar sekolah hingga ijazah ditahan.
"Keluarga di Kiaracondong, izajah SMK ditahan dan sekarang ijazah cucu Mak Onih ditahan karena belum bayar sekolah," ujar Emil.
Emil berjanji akan membantu keluarga kurang mampu sesuai aturan yang ada. Cucu Mak Onih yang ditahan ijazah SMP adalah Noor Ehsan.
Emil pun mengaku makan terasa lebih enak dan lahap saat makan dengan warga kurang mampu walau hanya dengan ikan asin. "Enak tidaknya makan, bukan masalah menu tapi suasananya," ujar Emil. Saat pamitan ada pemandangan aneh, Mak Onih yang menciun tangan Wali Kota padahal usia jauh berbeda, Mak Onih berusia 74 tahun sedangkan Emi baru berusia 42 tahun. (tsm)