TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Pemakaian istilah "Dinul Islam" oleh Pemerintah Aceh untuk menyebut pelaksanaan syariat, mulai mendapat kritik dari sejumlah kalangan sejak dua tahun terakhir.
Beberapa pihak menduga, istilah itu sengaja dipopulerkan untuk menghindari kesan ekstrem Islam di Aceh.
Sorotan terhadap istilah `Dinul Islam' juga mengemuka dalam seminar sehari "Evaluasi Pelaksanaan Dinul Islam Dalam Rangka Tahun Baru Islam 1435 H", yang digelar Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh, di Aula Pascasarjana UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin (25/11/2013).
Saat registrasi di meja panitia, beberapa peserta juga terlihat terlibat diskusi terkait istilah "Dinul Islam", yang terbaca dengan jelas pada back drop di acara seminar.
Selain itu, dalam sambutan Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah yang dibacakan oleh Kadis Syariat Islam Syahrizal Abbas, istilah "Dinul Islam" juga beberapa kali disebutkan..
Terkait hal ini, Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry Prof Dr Rusjdi Ali Muhammad SH mengatakan, sebenarnya sudah sangat jelas kata "Syariat Islam" itu tertuang dalam undang-undang.
Namun, menurut Rusjdi, istilah "Dinul Islam" itu mungkin sengaja dipopulerkan untuk mengurangi resistensi dari dunia luar.
"Kata syariat Islam ini jelas tertera dalam undang-undang, mungkin ini untuk mengurangi resistensi dari dunia luar, tapi sebenarnya barat sekarang juga sudah mengadopsi ekonomi syariat yang dianggap sebagai good syariat," katanya.
Dalam pemaparannya, Rusjdi sendiri mengemukakan berbagai kendala dan tantangan pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Secara historis, ia mengatakan bahwa Aceh menang di sisi ini.
"Tradisi itu kekuatan kita, orang lain kalau dengar kita dari Aceh, kita akan merasa beda dan menjadi sorotan. Ini kekuatan Aceh, sehingga kalau kita bicara dengan pusat, mereka melegitimasi aspek histrois yang tinggi," jelasnya.
Prof Rusjdi juga mengatakan, syariat Islam di Aceh akan terus berjalan ke arah yang lebih baik jika umat Islam mampu membedah persoalan yang muncul dan menemukan jawaban-jawaban yang tepat bagi pelaksanaan syariat di Aceh.
Ia mengajak seluruh umat Islam di Aceh untuk merapatkan barisan dan harus sinergi demi terlaksananya pelaksanaan syariat Islam. "Dakwah bil lisan perlu diikuti dengan perbuatan yang nyata," ujarnya. (ari)