TRIBUNNEWS.COM, LEMBANG - Lapangan sepakbola Gunungsari yang berdiri di pusat Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), begitu melegenda bagi warga asli Lembang. Bagaimana tidak, dari lapangan yang sudah berdiri puluhan tahun itu, lahir pesepakbola handal Indonesia seperti Robby Darwis, Roy Darwis dan yang masih aktif bermain adalah Tantan.
Robby Darwis dan Roy Darwis kemudian menjelma menjadi legenda hidup Persib Bandung. Mereka bermain untuk Pangeran Biru pada akhir 80-an hingga 90-an. Sedangkan Tantan yang juga merupakan putra asli Lembang dan sempat dibesarkan oleh Persikab Kabupaten Bandung kini memperkuat Persib Bandung setelah merantau ke sejumlah klub LSI.
Kesamaan dari ketiga pemain besar tersebut adalah mereka sama-sama dilahirkan dan digembleng di Lapang Gunungsari tersebut. Ibaratnya, Lapang Gunungsari merupakan kawah candradimuka tempat mereka belajar bermain bola, sebelum akhirnya mereka tumbuh dan berkembang menjadi pemain profesional dan akhirnya menjadi legenda.
Menurut cerita masyarakat Lembang, dua dekade silam, Lapang Sepakbola Gunungsari merupakan lapang sepakbola satu-satunya di Lembang. Di tempat itu, kerap dilangsungkan turnamen sepakbola yang menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat Lembang.
Salah satu turnamen sepakbola yang ketika itu populer adalah Gunungsari Cup yang diikuti klub-klub lokal ternama. Dari turnamen tersebut kemudian muncullah pemain-pemain berbakat seperti kakak beradik Robby Darwis dan Roy Darwis yang kemudian direkrut Persib, dan pemain lainnya.
Namun lapangan sepakbola Gunungsari itu kini telah raib. Stadion Gunungsari yang tanahnya konon milik Pemkab Bandung Barat tersebut kini sudah beralih fungsi menjadi areal pertokoan dengan konsep rumah toko (ruko). Para pemain muda asal Lembang pun kini harus gigit jari karena tempat latihan mereka digusur para pemodal besar dengan menyulapnya menjadi pertokoan.
"Entah bagaimana ceritanya, kok tiba-tiba lapang yang sangat terkenal ini kini malah dibangun menjadi pertokoan," kata Hendi Rohendi (60), warga Lembang saat ditemui, Kamis (12/12/2013) lalu.
Alih fungsi lapangan sepakbola itu sangat disesalkan Hendi. Sebab, secara otomatis pembangunan ruko yang kini masih berlangsung itu akan mengubur sejarah, momen manis, serta ikon masyarakat Lembang. Selain itu, tidak akan terlihat lagi pemandangan bocah- bocah yang sedang main bola di Lapang Gunungsari tersebut.
Sambil menerawang, pria berambut putih itu mengingat kembali masa-masa indah yang dialaminya beberapa dekade lalu. Ia bercerita, hampir setiap sore, ia kerap menyaksikan anak-anak dan remaja Lembang bermain sepakbola di Stadion Gunungsari tersebut.
"Meski sekarang sudah ada lapang lain, rasanya para orangtua seperti saya pasti sedih melihat lapang beralih fungsi. Robby Darwis juga mungkin sedih," ujar pria pecinta sepakbola ini.
Meski demikian sebagai masyarakat kecil, Hendi tidak bisa berbuat banyak. Sebab, alih fungsi lahan atau tukar guling lahan demi kepentingan bisnis itu melibatkan berbagai pihak yang menurutnya memiliki uang dan kekuasaan.
Warga lainnya, Dasep (48), menyatakan hal senada. Seingat dia, Lapang Sepakbola Gunungsari merupakan lahan milik pemerintah KBB. Namun, entah bagaimana caranya, tiba-tiba Lapangan Gunungsari dimiliki oleh pihak swasta. Tak berselang lama, lapangan pun disulap menjadi bangunan.
"Kalau tidak salah pembangunannya sudah sejak tahun lalu. Tapi hingga kini belum selesai," ujar Dasep yang mengaku sering melintas di depan lapangan sepakbola tersebut.(zam)