Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered
TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Sekitar sepuluh persen proyek pembangunan infrastruktur Pemerintah Kabupaten Kutai Timur tahun 2013 terkendala kelangkaan material semen. Akibatnya masa penyelesaian proyek molor. Namun hal tersebut tetap menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Kutai Timur, Aswandini E Tirta, Senin (6/1/2014) malam, membenarkan bahwa saat ini sedang terjadi kelangkaan semen di Kutim.
"Kelangkaan semen terjadi sekitar sebulan terakhir," katanya.
Sebagai imbas kondisi tersebut, penyelesaian sekitar sepuluh persen proyek infrastruktur tahun 2013 molor dari target. Adapun untuk pembangunan proyek-proyek multiyears, rata-rata masih on schedule atau sesuai jadwal awal.
"Adapun proyek tahun berjalan 2013, ada sekitar sepuluh persen yang terkendala kelangkaan semen. Namun itu adalah tanggung jawab mereka. Tidak ada addendum (perubahan) kontrak. Mengapa mereka tidak jauh-jauh hari menyiapkan material untuk mengantisipasi kelangkaan," katanya.
Penyesuaian kontrak atau addendum hanya dilakukan untuk proyek-proyek yang terkendala pembebasan lahan. Seperti pembangunan jalan Ring Road II dan jalan penghubung ke pelabuhan Kenyamukan, yang saat ini masih berjalan.
Sementara itu, Distributor Semen Tonasa di Kabupaten Kutai Timur, Haji Jabir, Senin (6/1/2014) malam, mengatakan sudah seminggu ini gudang semennya kosong total. Bahkan untuk kebutuhan pribadi pun dia kesulitan.
"Seminggu ini semen di gudang kami kosong sama sekali. Empat kapal dari Sulawesi terlambat tiba di Samarinda karena gelombang tinggi," kata Jabir, distributor yang rutin mensuplai semen Tonasa ke 19 toko di Kutim.
"Saat ini satu kapal sudah masuk di Palaran, Samarinda. Namun ratusan truk sudah antre. Mulai dari milik distributor Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, Bontang, juga Sangatta. Mobil saya juga sudah menunggu seminggu. Saat ini sudah loading," katanya.
Jabir umumnya menjual ke toko antara Rp 67.000 sampai Rp 70.000. Namun di masa kelangkaan semen, harga yang sampai ke pembeli dari pihak toko sudah mencapai Rp 90.000.
"Kalau ditanyakan mengapa semen langka, silakan ditanyakan ke pihak produsen," katanya. Selain itu ada gelombang tinggi sebulan terakhir yang mempengaruhi pelayaran.
Para sopir juga mengalami kenaikan biaya operasional karena antre berhari-hari.
"Sehingga kenaikan biaya operasional mungkin dibebankan ke pembeli. Tapi kalau dari produsennya, tidak ada kenaikan," katanya.
Jabir juga mengatakan gudangnya sempat diperiksa aparat keamanan yang secara umum berupaya menindak penimbunan.
"Ketika mereka periksa, memang gudang saya dalam keadaan kosong. Jadi tidak ada yang namanya penimbunan. Kondisi ini bukan hanya terjadi di Kutim, namun juga di banyak daerah lain," kata Jabir.