News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Yohanis Mampu Hidupi Keluarga Hanya Lewat Jualan Rumput

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Yohanis(kiri) dan johny (kanan) saat melayani pembeli.

Laporan Wartawan Tribun Manado Finneke Wolajan

APALAH arti sejumput rumput bagi sebagain besar orang. Bahkan tumbuhan itu kerap dianggap tumbuhan tak berguna dan harus dibasmi. Tapi, itu tak berlaku bagi mereka yang menggantungkan hidup pada rumput. Seperti kisah seorang pria 62 tahun, warga Kelurahan Wawalintouan Kecamatan Tondano Barat. Dialah Yohanis Waani, ayah dari lima anak yang mengaku sudah 47 tahun 'hidup' dari rumput.

Selasa (14/1/2014) siang, seorang pria renta tanpa alas kaki, dan topi di kepala dan tanpa alas kaki tampak menurunkan sejumlah rumput dari mobil pikap hitam. Rumput itu difungsikan sebagai pakan ternak kuda.

Kakinya dan tangannya tampak putih mengeriput, seperti sudah lama terkena air. Celana hingga setengah kaosnya basah dan tampak agak berbecek. Yohanis kala itu baru pulang mengambil rumput dari daerah pesawahan dan pinggiran Danau Tondano.

Mencari rumput bukanlah hal mudah. Harus menerjang semak-semak di sawah dan harus menahan dinginnya air untuk mengumpulkan rumput-rumput itu. Yohanis sudah terbiasa dengan itu, bahkan ia mengaku jarang sakit. Setiap hari ia pergi mencari rumput. Memotong hingga mengikat rumput-rumput itu dilakukannya sendiri. "Setiap hari saya harus menahan dingin," ujarnya.

Katanya, sebelum eceng gondok mewabah di Danau Tondano, rumput masih mudah dicari. Namun kini, setelah eceng gondok mewabah, ia kebanyakan mencari di daerah pesawahan. "Pinggir danau juga ada, tapi tak sebanyak dulu. Lebih sering ke daerah sawah tidur," ujarnya.

Tahun 1976 silam, Yohanis merupakan kusir bendi. Namun karena sesuatu dan lain hal sehingga ia beralih ke penjual rumput. Awalnya ia mencari lalu menjualnya sendiri, namun dalam beberapa tahun terakhir ini ia memasoknya ke penjual. "Saya memasok rumput ini ke penjual Rp 300 per ikat," ujarnya.

Rata-rata per hari ia bisa mengikat rumput sebanyak 300 ikat. Bahkan bisa mencapai 400 - 500 ikat jika memang ia berniat untuk ambil banyak. "Pendapatan bersih per hari bisa seratus ribu," ujarnya.

Pendapatannya itu dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Buktinya ia bisa menghidupi kelima anaknya hingga mereka bisa hidup mandiri. Sedangkan istrinya sudah lebih dulu menghadap Tuhan. "Rp 100 ribu untuk saya sendiri tiap hari sudah lebih dari cukup," ujarnya.

Hal senada juga dialami Johny Mamuaya (60) warga Kelurahan Liningaan Kecamatan Tondano Timur. Ia menjadi langganan tetap Yonahis. Dari Johny inilah rumput tersebut kemudian dijual ke kusir bendi. Johny yang anak empat ini juga sudah lama jualan rumput, sudah sekitar 40 tahun sejak ia masih dengan orangtuanya.

Hanya dengan jualan rumput, ia juga sudah bisa menghidupi istri dan keempat anaknya hingga mereka semua menikah. "Sampai saat ini saya masih bertahan dan telah terbukti ketika saya bisa menghidupi keluarga saya," ujarnya.

Harga per ikatnya dijual Rp 500. Setiap hari, ada beberapa pemasok rumput padanya. Per hari ia bisa menjual 2 ribu hingga 3 ribu ikat. Bahkan bisa mencapai 5 ribu ikat. Pendapatannya rata-rata per hari mencapai Rp 300 ribu.

"Rp 300 ribu per hari, kalikan saja per bulan. Orang menganggap pekerjaan ini kecil, tapi bisa jadi pendapatan yang diterima melebihi gaji mereka," tuturnya.

Hal lain juga diungkap Yoppy Besouw (58), warga kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat. Ia berperan sebagai pengangkut rumput. Ia mematok harga Rp 100 per ikat. "Tiap hari bisa angkut 1000 - 1500 ikat. Lumayan untuk tambah-tambah, lagian jaraknya tak jauh," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini