TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Jumlah warga buta aksara di Banyuwangi, ternyata masih tinggi.
Data Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyebutkan, dari 1,6 juta jiwa penduduk terdapatĀ 47.335 jiwa yang belum bisa baca tulis.
Masyarakat buta aksara ini, di kelompokkan rata-rata dari usia 15-59 tahun.
Agar taraf kebudayaan warga bisa ditingkatkan, Pemkab Banyuwangi membentuk tim Pemburu Buta Aksara dan Anak Putus Sekolah.
Pembentukan tim ini, dituangkan dalam Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2014 tentang Gerakan Masyarakat Pemberantasan Tributa dan dan Pengangkatan Murid Putus Sekolah (Gempita Perpus).
"Kami targetkan dua bulan lagi atau pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2014, Banyuwangi sudah bebas buta aksara," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Jumat (14/3/2014).
Anas mengatakan, tim yang sudah bekerja sejak dua pekan lalu ini menyisir wilayah-wilayah pedesaan sampai ke daerah perkebunan yang terindikasi sebagai wilayah yang paling banyak buta aksaranya.
"Tim pemberantasan buta aksara ini melibatkan semua stakeholders, mulai dari Dinas Pendidikan, Camat, tenaga pendidik, para relawan, hingga ketua RT/RW," ucapnya.
Cara kerja tim pemburu buta aksara ini adalah, tiap satu orang pendidik atau PNS mendidik minimal sepuluh warga yang masih buta aksara.
Adapun Tim Pemburu Anak Putus Sekolah digerakkan untuk mencari dan menyelesaikan pendidikan anak-anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah.
Program ini menjadi pengembangan program Gerakan Siswa Asuh Sebaya (SAS).
Gerakan Siswa Asuh Sebaya (SAS) adalah gerakan inisiatif dan sukarela siswa dari keluarga mampu yang menggalang dana untuk membiayai siswa dari keluarga kurang mampu.
"Program-program tersebut saling melengkapi untuk menjamin hak anak mendapat akses pendidikan," kata Anas.