Laporan Tim Liputan Khusus Surya
TRIBUNNEWS.COM, BANGKALAN - Dua pekan ini, menjadi hari paling menegangkan bagi keluarga Siti Zainab, TKI asal Bangkalan, Jawa Timur, yang divonis pancung di Arab Saudi.
Pasalnya, dua pekan pertama April 2014, merupakan waktu yang dijanjikan keluarga majikan, korban pembunuhan Siti Zainab untuk memberikan jawaban atas permohonan maaf keluarga Zainab.
"Kami sudah tanyakan ke Jakarta (Kemenlu), tapi ternyata memang pihak keluarga korban belum mau menjawab. Kami sangat cemas," kata Halimah, kakak Siti Zainab, warga Desa Martajasah, Bangkalan, saat Surya bersilaturrahmi ke rumahnya, Selasa (8/4/2014).
Halimah, bersama Syarifuddin, putra Zainab, baru saja pulang dari Arab Saudi. Keberangkatan mereka, difasilitasi negara untuk bertemu keluarga Nurah bin Abdullah, majikan yang tewas di tangan Zainab.
Permohonan maaf inilah, yang satu-satunya jalan untuk bisa membebaskan Zainab dari hukuman pancung yang telah dijatuhkan Pengadilan Ammah (Pengadilan Tingkat Pertama) pada tahun 2000.
Halimah, lalu menceritakan keberangkatannya ke Arab Saudi, 20 Maret 2014. Ia tidak bisa bertemu langsung dengan keluarga korban. Ia hanya bertemu dengan Mahkamah Pemaafan. Lembaga inilah yang akan menyampaikan permohonan maaf kepada keluarga korban.
"Pada waktu mengajukan maaf, kami didampingi dua staf Kemenlu, dua staf dari KBRI. Pihak Mahkamah Pemaafan telah menelepon keluarga korban. Tapi, mereka tidak bisa menemui kami. Pihak keluarga korban perlu bermusyawarah.Keputusannya satu minggu lagi," terangnya.
Lembaga permaafan menyatakan, keluarga korban akan memberikan jawaban dalam sepekan atau paling lama dua pekan.
"Seharusnya, keluarga korban menjawab permintaan maaf itu pada 31 Maret atau minggu ini. Tapi, sampai sekarang tidak ada kabar. Keluarga kami cemas sekali," kata Halimah.
Rasa cemas itu, membuat keluarga besar Siti Zainab menggelar acara pengajian tiga hari berturut-turut sejak 5 April 2014.
Acara selamatan berakhir 7 April. Tidak kurang dari 80 warga dan jemaah pengajian hadir dalam setiap pagelaran doa bersama.
Menurut Halimah, kelompok pengajian yang bersimpati dengan nasib Siti Zainab, yang membantu acara doa bersama. Hari pertama dan kedua semua kebutuhan pengajian adalah sumbangan dari kelompok ini. Di hari ketiga barulah Halimah yang membiayai.
Semua itu dilakukan keluarga agar Siti Zainab bisa lolos dari hukuman pancung. Seluruh keluarga berkumpul. Hanya anak kedua Siti Zainab, Ali Ridho, yang tidak hadir.
Remaja yang biasa dipanggil Edo itu sudah kembali ke Kalimantan empat hari lalu. Dia bekerja sebagai kuli bangunan di sana.
Kini, keluarga besar Siti Zainab hanya bisa menunggu kabar dari Arab Saudi. Keluarga berharap masih bisa dipertemukan dengan keluarga Nurah untuk kembali meminta maaf. Negosiasi masalah diyat juga belum dibuka.
"Doakan agar keluarga korban terketuk hatinya dan mau memaafkan Siti Zainab," harap Halimah.