News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Pilu TKI di Arab Saudi

Telepon Illegal Obati Rindu Keluarga

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Puluhan mahasiwa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, melakukan aksi solidaritas bagi TKI Indonesia Satinah.

TRIBUNNEWS.COM - Cerita penangkapan Zaini sempat membuat shock keluarga di Bangkalan, Madura.

Syaiful Toriq, anak pertama Zaini menceritakan, kabar itu tidak mengenakkan itu disampaikan ayahnya sendiri.

“Abah (ayah) sendiri yang telepon, mengabarkan  ditangkap polisi. Dia dituduh membunuh majikannya,” kata Syaiful di kediamannya di Desa Kebun, Kamal, Bangkalan, Selasa (8/4/2014).

Saat mendapat kabar pilu itu, usia Toriq masih 12 tahun. Kini ia sudah menjadi remaja berusia 21 tahun. Sedangkan Mustofa Kurniawan, anak bungsu Zaini, waktu itu masih berusia dua tahun.

Hingga kini Mustofa  belum pernah bertemu ayahnya. Dia hanya tahu wajah ayahnya dari foto.

“Kasihan adik saya. Sudah besar tapi belum pernah ketemu dengan Abah,” ujar buruh distributor telur itu.

Saat ditanya tentang ayahnya, Mustofa hanya menunduk. Wajahnya langsung muram.

Sesekali dia menjawab sekenanya.  Mustofa tercatat sebagai siswa kelas IX SMPN 4 Kamal.

Toriq dan Mustofa hanya berdua di rumah. Ibu mereka, Nuraini menyusul menjadi TKI di Arab Saudi sejak empat tahun lalu. 

“Umi (ibu) berangkat jadi TKI untuk menafkahi kami. Jadi sayalah yang menjaga adik dan rumah,” kata Toriq.

Sejak Zaini ditangkap, keluarga kehilangan sumber ekonomi. Sang ibu berusaha menjadi pengganti sumber ekonomi dengan menjadi TKI.

Toriq masih bekerja seadanya di kampung halaman. Saat Surya (Tribun Network) bertandang, Toriq baru pulang untuk menyiapkan makan siang adiknya. Ia sengaja pulang dari tempat kerjanya untuk mengurus Mustofa.

Sudah tiga hari adiknya itu tidak sekolah karena sakit panas. ”Kalau siang saya pulang untuk siapkan makan. Setelah adik istirahat, baru saya balik kerja lagi,” ucapnya.

Toriq bersyukur komunikasinya dengan sang ayah masih lancar. Zaini sering menelepon dari dalam penjara.

Upaya Zaini bukan tanpa risiko. Kalau sampai sipir penjara memergokinya, hukuman lain siap menunggu.

Menurut Toriq, ayahnya pernah dimasukkan ke sel isolasi karena ketahuan membawa ponsel. Untuk menjaga keamanan ayahnya, biasanya Toriq berkirim SMS dulu.

Kalau aman, SMS tersebut akan dibalas dengan telepon. Tetapi kalau kondisi di dalam penjara tidak memungkinkan, biasanya Zaini akan menelepon beberapa jam kemudian. Zaini juga menelepon di jam-jam tertentu.

Zaini sendiri dalam pembicaraan telepon dengan Surya menyatakan sudah rindu keluarga. Ia ingin segera bisa kembali berkumpul dengan anak istrinya. Dia mengaku kapok menjadi TKI.

Setelah bebas, dia bermimpi akan membuka usaha kecil-kecilan di rumahnya. “Di sini saya biasa diminta memangkas rambut tahanan lain. Lumayan bisa mendapatkan uang rokok,” katanya. (Surya/Miftah Faridl)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini