TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Industri gula nasional terus berupaya mendorong efisiensi pabrik.
PT Perkebunan Nusantara X (Persero), mengoptimalkan efisiensi pabrik gula (PG).
Salah satunya dengan mengoptimalkan manajemen ampas tebu.
Direktur Utama PTPN X, Subiyono mengatakan, ampas tebu adalah bahan bakar hasil produk samping dalam proses pengolahan tebu menjadi gula.
Satu ton tebu bisa menghasilkan sekitar 300 kilogram ampas yang bisa digunakan untuk bahan bakar pabrik.
"Ampas tebu itu bahan bakar alami. Jadi kalau PG bisa menghasilkan ampas, berarti PG itu efisien. Ampasnya bisa digunakan untuk menggerakkan mesin tanpa harus menggunakan bahan bakar fosil," kata Subiyono yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi).
Dia mengatakan, dulu Belanda sudah mendesain semua PG bisa mandiri dengan ampas tebu sebagai bahan bakar.
Namun, dalam perjalanannya, banyak PG di Indonesia yang justru menggunakan bahan bakar fosil yang sangat mahal, sehingga menimbulkan inefisiensi.
Karena itulah, sejak empat tahun terakhir, PTPN X mengoptimalkan ampas sehingga penggunaan bahan bakar fosil makin menurun.
Remaja di Tanah Datar Lecehkan Kitab Suci, Akui Disuruh Orang, Diupah Rp 50 Ribu, Kejiwaan Diperiksa
Viral Remaja Lecehkan Kitab Suci di Tanah Datar, Disuruh Orang Demi Rp50 Ribu, Kejiwaannya Diperiksa
Konsumsi bahan bakar fosil (BBM) PTPN X pada 2007 masih Rp 130 miliar, kemudian dengan mengoptimalkan ampas tebu bisa dikurangi secara terus-menerus hingga menjadi Rp1,5 miliar pada 2013.
"Kami ingin zero BBM. Insya Allah tahun ini atau setidaknya tahun depan. Kami jadikan ampas tebu sebagai indikator. Jika PG tidak bisa hasilkan ampas tebu, berarti PG tersebut tidak berkinerja baik. PG yang bisa menghasilkan ampas tebu berarti kinerja mesinnya baik. PG yang bisa menghasilkan ampas tebu juga menunjukkan budidaya lahan yang baik," kata Subiyono.