TRIBUNNEWS.COM.SAMBAS - Masyarakat perbatasan RI- Malaysia di Desa Temajuk Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas sudah mulai merasakan pembangunan.
Kalau dahulu masyarakat mengaku sangat kesulitan akses jalan dan transportasi dari dan menuju ke Desa Temajuk - Ibu Kota Kabupaten Sambas. Namun sekarang perlahan tapi pasti hal itu mulai dirasakan warga jauh mengalami perkembangan.
Seperti yang diungkapkan oleh warga setempat, Tabiin (58) menuturkan, ia dan keluarga memulai hidup di Desa ini sejak tahun 1982 sejak desa ini masih banyak pohon-pohon besar dan dengan hutan lebat.
"Kami waktu itu ada 11 pintu keluarga, awal memang dari program Dissosnakertrans dipindahkan dan hanya dibekali satu kain dan 1 cangkul untuk usaha bertani,"ungkapnya kepada Tribunpontianak.co.id, belum lama ini.
Tak hanya itu, kesulitan lainnya bagaimana ia dan warga lainnya itu harus memulai kehidupan baru di tempat baru dan jauh dari keramaian.
"Dulu susah sekali, kalau mau ke luar, ke Sambas melalui Desa Setinggak saja harus lewat jalur pantai,"ungkapnya.
Kalaupun tidak melalui pantai, mereka biasanya menggunakan speed 8 pk yang tentunya tak dimiliki semua warga. Ia bahkan mengatakan dari pantai Setinggak menyusuri pantai menunggu air surut bahkan bisa menakan waktu selama tujuh jam.
"Kalau sekarang tidak sampai 1 jaman pakai kelotok pun bisa,"ungkapnya. Hal ini diakuinya sudah mulai ada perubahan sejak 5 tahun belakangan ini.