Laporan Wartawan Tribun Jabar, Dony Indra
TRIBUNNEWS.COM -- MENGOLEKSI barang-barang antik dan kuno tentu saja menjadi salah satu kepuasan tersendiri bagi seorang yang gemar mengumpulkannya. Bahkan, demi menemukan barang yang diinginkan, mereka rela mencari ke berbagai penjuru dunia.
Hal itulah yang dilakukan Puji Harsono, seorang kolektor uang koin. Koleksinya, uang-uang koin itu, berasal dari zaman Raja Syailendra hingga zaman kolonial Belanda.
Hobi Puji ini sudah digeluti saat ia masih kecil, berawal ketika orang tuanya menunjukkan koin 2,5 gulden (koin Belanda) kepadanya.
Kecintaan terhadap koin-koin itu dibuktikan dengan banyaknya koin milik Puji yang disimpannya di dalam sebuah buku. Koin mulai koin emas zaman Syailendra, Majapahit, hingga koin uang zaman penjajahan Belanda berderet rapi di setiap halamannya.
Ada yang unik dari koleksi koin milik konsultan pajak ini. Ternyata pada zaman Syailendra, koin emas yang digunakan sebagai alat tukar-menukar barang tidak menyerupai bentuk lingkaran sempurna. Uang koin zaman itu menyerupai bongkahan emas yang tidak rata. Puji sendiri memiliki berbagai macam koin emas Syailendra.
Menurut Puji, satu koin emas Syailendra pada zaman itu dapat bernilai puluhan juta pada saat ini. Menurut dia, beragam jenis koin emas dapat memiliki nilai nominal yang berbeda-beda.
"Kalau dulu hitungan satu koin itu satu masa, kalau diukur 2,4 gram, jadi satu masa ini bisa beli satu ekor sapi," katanya saat ditemui Tribun di kantornya di Jalan Trunojoyo, Bandung, Rabu (27/8/2014).
Koin yang berlaku pada abad ke-8 dan 9 ini ditemukan Puji di kawasan Jawa Tengah pada awal 2000-an. Menurut dia, untuk mencari koin itu, ia bersama tim khusus datang ke wilayah tersebut.
Koleksi lainnya adalah koin dari zaman Majapahit. Berbeda dengan koin Syailendra, koin Majapahit ini sudah mulai memiliki bentuk lingkaran yang sempurna. Puji sendiri memiliki beragam jenis koin Majapahit, dengan ukuran berbeda.
Selain koleksi koin zaman kerajaan, Puji pun memiliki koin dari berbagai daerah di Indonesia. Ia memiliki koin dari Madura, Banten, dan Aceh. Koin dari Madura berbentuk lingkaran sempurna, dengan lubang di tengahnya. Menurut Puji, koin dari Madura merupakan koin asal luar Indonesia yang ditempa kembali oleh orang Madura saat itu.
Lain halnya dengan koin dari Banten, di permukaan koin ini terdapat tulisan dengan aksara Jawa kuno. Menurutnya, pada zaman dahulu, tulisan Jawa kuno menjadi tulisan wajib untuk wilayah Jawa. "Itu artinya Pangeran Ratu Banten. Zaman itu memang rata-rata menggunakan tulisan Jawa kuno. Jadi, di Banten juga digunakan tulisan itu," ujarnya sambil menunjukkan cara menulis aksara Jawa kuno.
Selain itu, Puji mengoleksi berbagai koin negara lain yang pernah beredar dan menjadi alat tukar di Indonesia, seperti koin zaman penjajahan. Ia memiliki koin Tiongkok, Inggris, Belanda, dan Jepang. Menurut dia, koin-koin ini pernah digunakan para penjajah untuk mendapatkan barang di Indonesia.
"Jadi, pada saat mereka kekurangan uang di sini, negara mereka mengirimkan uangnya ke Indonesia dan uang ini menjadi alat tukar mereka saat itu," tutur Puji.
Puji juga mengoleksi uang kertas dari berbagai negara. Dan ada yang unik dari koleksi uang kertas ini. Puji memiliki selembar uang pecahan bernilai seratus triliun dari negara Zimbabwe. Namun, menurut Puji, uang dengan nominal itu tidak bernilai apa-apa, sebab uang senilai seratus triliun itu dicetak pemerintah Zimbabwe saat kurs mata uang negara tersebut anjlok. Menurut dia, beberapa tahun silam negara Zimbabwe mengalami hiperinflasi sehingga pencetakan uang dilakukan dengan nominal yang tinggi.
"Jadi, anggap saja uangnya tidak bernilai apa-apa, tapi yang menariknya nilai seratus triliunnya itu. Paling uang seratus triliun hanya bisa beli satu gelas kopi," katanya. (*)