TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Penanganan luapan lumpur panas PT Lapindo Brantas ke sejumlah rumah warga Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin, akhirnya disepakati dibendung pakai tanggul nonpermanen dari bahan rakitan bambu. Tanggul berukuran kecil tersebut dipasang sekitar 1 kilometer dari rumah warga yang tergenang lumpur panas.
Pemasangan tanggul dari bambu itu dilakukan sejumlah pekerja Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Rabu (10/9/2014) siang. Tanggul dari bambu itu dipasang melintang, menghadang aliran lumpur panas yang keluar dari tanggul titik 68 yang sudah jebol sejak 2011 lalu.
Pejabat Humas BPLS, Dwinanto Prasetyo mengatakan, pembangunan tanggul sementara dari rakitan bambu itu adalah kesepakatan sementara pihaknya dengan warga.
"Sementara ini yang masih bisa kami lakukan, semoga bisa menghambat laju luberan lumpur panas ke rumah warga," katanya.
Di sisi lain, pihaknya terus berupaya melakukan pendekatan persuasif kepada warga agar bersedia membuka blokade jalan di tanggul titik 35, 41, dan 42, dan memperbolehkan BPLS membuat tanggul permanen, pengganti tanggul titik 68 yang jebol sejak 2011 lalu.
Sejak pagi tadi, luberan lumpur panas PT Lapindo Brantas menggenangi sejumlah rumah warga Desa Gempolsari, Kecamatan Tanggulangin. Lumpur panas menggenangi dapur hingga pekarangan rumah warga. Lumpur juga mengalir ke sungai Ketapang sehingga warna air sungai berubah menjadi keruh.(Achmad Faizal)