TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Sama halnya dengan Sutriono, Karyanto mengaku manajemen Sumber Selamet, tempatnya bekerja, tidak terlalu menekan.
Dia mendapatkan jatah 6 kali PP Surabaya-Yogyajarta dan 3 hari libur.
Manajemen juga tidak memaksakan kalau dia tidak kuat lagi untuk menyelesaikan 1 PP.
”Di mana saja kalau kita tidak kuat, kita bisa minta bus di belakang untuk membawa penumpang kita. Manajemen memang melarang kita terlalu memaksakan diri. Ngantuk atau lelah, kita malah di suruh tidur. Besok baru kalau sudah enakan kota lanjut lagi,” ungkapnya.
Masih kata Karyanto, manajemen juga menyediakan sopir lansiran.
Maksudnya, ketika sampai di depan garasi Sumber Selamat di daerah Kletek, dia bisa meminta sopir pengganti untuk membawa bus sampai Terminal Bungurasih. Dia bisa beristirahat lebih lama.
Baik Sutriono maupun Karyanto mengaku tidak segan-segan mengingatkan kepada pihak manajemen perusahaan kalau sampai merugikan keselamatan penumpang.
”Kami sendiri tidak mau kalau ada kebijakan yang malah merugikan kami dan penumpang. Toh ini kan demi kebaikan kita semua,” timpal Sutriono.
Mereka juga merasa manajemen perusahaan tidak mempersulit keluhan terkait kondisi bus.
Ban, misalnya, pihak manajemen menjamin mengganti kalau memang sudah tidak layak pakai.
Begitu juga dengan onderdil bus yang selalu dicek ulang setiap kali ngandang usai mengaspal 1 kali PP.
Cerita berbeda disampaikan Pri. Pria berpawakan pendek ini enggan menyebutkan namanya karena takut dengan manajemen perusahaan tempat ia bekerja.
Dia mengakui, tidak semua manajemen perusahaan bus tanggap terhadap keluhan para sopir.
Ada juga manajemen perusahaan yang tidak segera mengganti spare part meski sopir sudah meminta.
“Kadang minta ganti ban ya disemayani thok mas. Malah ada yang dikasih ban vulkanisir,” ungkapnya.
Karena itu, dia sangat senang ketika Dinas Perhubungan dari Surabaya dan Sidoarjo menggelar razia.
Razia inilah yang akan membuka mata manajemen untuk segera memperbaiki kelayakan armadanya.
“Kalau kami yang ngomong tidak dihiraukan. Nah, kalau petugas yang razia kan jelas. Ada yang tidak layak, sopir kena tilang. Kalau sudah ditilang manajemen baru bercaya,” imbuh pria bertopi itu. (idl/ben/day)