TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Hutan cemara dan perdu di lereng Gunung Ijen kembali terbakar. Kebakaran ini terjadi sejak Kamis (30/10/2014) sore. Hutan yang terbakar ada di wilayah utara gunung, yaitu masuk kawasan cagar alam Merapi Ungkup.
Eko Suprapto, Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi menjelaskan lokasi kebakaran berada di ketinggian lebih dari 1.500 meter dan berada pada lereng-lereng curam.
Namun kondisi saat ini, api mulai merambat ke arah bawah, yakni mengarah ke perkebunan kopi Kaliklatak dan Kaliselogiri yang berada di Desa Gomben, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.
"Jarak api dengan area perkebunan mencapai tiga sampai empat kilometer. Dan saat ini sudah dibuat sabuk api selebar empat meter agar api tak masuk lahan kopi," kata Eko, Jumat (31/10/2014).
Hingga Jumat siang (31/10/2014), api juga terpantau mendekati area hutan sekunder milik Perhutani. Titik api terpantau 10 kilometer dari lokasi hutan sekunder.
Eko mengatakan, lokasi area yang terbakar sulit dijangkau dan berada pada lereng gunung. Tim pemadam kesulitan mencapai lokasi api.
"Lokasi berada di lereng-lereng gunung, dengan jalan kaki butuh waktu enam sampai tujuh jam. Jadi untuk saat ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali membuat sabuk api dan waspada," lanjut Eko.
Pantauan di lapangan menyebutkan, ada delapan titik api yang tersebar diarea seluas sekitar 60 hektar. Luas area yang terbakar bisa bertambah mengingat api dari timur laut cukup kencang yang bisa menambah sebaran api.
Eko menambahkan, saat ini pihaknya masih menunggu bantuan helikopter pemadam dari Badan Penanggulangan Bencana Nasional mengingat upaya pemadaman hanya bisa dilakukan lewat udara.
"Belum ada jawaban (pengiriman helikopter). Mungkin karena masih sibuk untuk pemadaman api di Jambi dan daerah lain," lanjut Eko.
Sebelumnya, hutan di kawasan Gunung Ijen seluas 150 hektar juga sempat terbakar pada 17 Oktober lalu. Lokasi kebakaran berada di atas Pos Bunder yang merupakan akses utama menuju kawasan wisata Kawah Ijen.
Kondisi ini membuat jalur pendakian ditutup untuk sementara dan membuat aktivitas penambangan beleran dan kunjungan wisata terhenti.