Nelayan Khawatir
Namun rencana pemerintah itu disambut beragam oleh nelayan. Seperti yang diungkapkan nelayan (HNSI) Tegal Jateng, Eko Susanto di hadapan Menteri Susi, bila BBM dinaikkan diyakini akan banyak nelayan Tegal yang gulung tikar. "Kecuali kalau pemerintah menjamin kenaikan dan kestabilan harga ikan," ujar Eko.
Eko membeberkan pengalamannya sebagai nelayan, untuk melaut selama 70 hari dengan menggunakan kapal 30 GT, biasanya akan mendapatkan ikan layang sekitar 30 sampai 50 ton. Dengan harga ikan layang Rp 10.000/kg, setiap melaut (selama 70 hari) ia akan mendapatkan untuk sebesar Rp 40 juta. Setelah dikurangi bagian dari ABK, menurut Eko, ia akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 20 juta.
"Bila sekarang harga solar (BBM) dinaikan, jelas keuntungan tersebut akan berkurang. Bahkan akan merugi. Kecuali kalau pemerintah menjamin kenaikan harga. Kalau tidak, jelas akan banyak nelayan Tegal gulung tikar. Kecuali ada kebijakan, pemerintah memindahkan sebagaian nelayan tegal ke pantai yang potensi ikannya tinggi termasuk nilai jualnya. Itu pun kalau ada jaminan keamanannya," kata Eko.
Tawajud, Bendahara KUD Mina yang juga nelayan dari Indramayu, mencoba memahami rencana pemerintah menaikan BBM. "Sekarang nelayan Indramayu susah mendapatkan BBM. Banyak nelayan yang terpaksa tak melaut karena tidak kebagian solar. Hari ini saja, ada 70 kapal yang antre untuk mendapatkan BBM," ujar Tawajud.
Jatah BBM untuk 400 kapal nelayan di Indramayu kata Tawajud, setiap minggunya adalah sebanyak 700 kiloliter, tetapi sekarang dikurangi 20 persen yakni hanya 460 kiloliter/minggu. "Makanya banyak nelayan yang tidak kebagian BBM. Dan akhirnya tak bisa melaut," ujar Tawajud yang akan mendukung pemerintah menaikkan harga BBM bila pemerintah menjamin ketersediaan BBM. (sta)