TRIBUNNEWS.COM,MOJOKERTO - Tren kalangan muda doyan wisata sejarah dan museum juga muncul di Malang dan Mojokerto.
Ini makin memperbanyak barisan komunitas yang telah muncul sebelumnya, seperti
Tahun 1996 Dwi Cahyono mulai merintis mengumpulkan benda-benda bersejarah di Kota Malang.
Dari sekadar koleksi, tahun 2011 Dwi mendirikan Museum Malang Tempo Doeloe yang kini mengoleksi 10.000 lebih benda bersejarah.
Museum Malang Tempo Doeloe, kadang disebut juga Museum Inggil. Ini lantaran museum itu berlokasi di samping Rumah Makan Inggil, milik Dwi.
Dari tampilan luar, tidak ada kesan kuno atau angker di museum di Jalan Gajah Mada nomor 4 Kota Malang ini.
Justru terkesan sebuah bangunan modern dengan bentuk flat. Di sebelah kanan bangunan bercat hitam ini, terdapat pintu kaca.
Pintu inilah akses masuk ke dalam museum. Sementara di sisi kiri terdapat nama museum dari logam, di dalam bingkai tembok berwarna hitam.
Masuk ke dalam museum ini, pengunjung seakan diajak menyusuri lorong waktu untuk melihat Malang Raya dari masa ke masa.
Mulai dari masa prasejarah, yang ditandai dengan koleksi berupa fosil tanduk berbau sepanjang 1,5 meter, yang diperkirakan berusia 1500 tahun. Kemudian masuk masa kerajaan, masa penjajahan sampai masa awal kemerdekaan.
Museum ini pernah mendapatkan pernghargaan dari Indonesia Heritage Trust tahun 2013, bersama Museum Sawahlunto.
Di dalam situs Trip Advisor, museum ini juga menempati posisi keempat lokasi yang direkomendasikan untuk dikunjungi saat datang ke Malang.
Tiga destinasi lain yang paling direkomendasikan adalah Bromo, Pantai Malang Selatan dan Jatim Park.
Dwi merasa bangga museum miliknya direkomendasi menjadi tempat wisata.